DUMAI - Tradisi
otonan kini kian terpinggirkan oleh
hari ulang tahun karena anak-anak Bali Hindu relatif lebih suka merayakan hari
ulang tahun daripada otononan. Padahal, ulang tahun bukanlah tradisi Bali.
Tradisi perayaan hari kelahiran asli Bali yakni otonan merupakan tradisi yang sarat nilai-nilai spiritual.
Ketika anak kecil di upacarai Otonan (www.pranayogaphoto.com) |
Memang
cukup banyak keluarga Bali kini yang bersikap "standar ganda" dalam
menyikapi perayaan hari kelahiran anak-anaknya. Mereka menggelar perayaan ultah
seperti lazimnya orang-orang modern kini, tetapi sebagai orang Bali tetap juga
melaksanakan upacara otonan.
Sejatinya
tidak masalah jika umat Hindu melaksanakan ulang tahun meskipun ulang tahun
merupakan tradisi Hindu atau tradisi Bali. Namun, perayaan hari kelahiran dalam
konsep Hindu yakni otonan jangan
sampai dilupakan.
Otonan
tidak selalu harus besar, sejatinya. Sederhana juga tidak apa-apa. Boleh juga
otonan itu hanya diisi dengan persembahyangan saja. Yang terpenting, dalam
otonan kita ingat apa tujuan dan makna kita hidup di dunia ini.
Mulai
dilupakannya otonan oleh banyak
keluarga Bali ketika orang Bali mulai tidak tahu tentang kalender Bali.
Pasalnya, penentuan otonan tidak sama
dengan penentuan hari ulang tahun yang berdasarkan tanggal, bulan dan tahun
kelahiran menurut kalender Masehi yang gampang diingat. Penentuan otonan berdasarkan hari (rahina), terutama berkaitan dengan hari
yang bersiklus tujuh (saptawara),
hari yang bersiklus lima (pancawara),
serta wuku. Karena itu, hari lahir
gaya Bali jatuh saban 210 hari. Inilah yang bagi keluarga Bali yang tidak
memahami soal kalender Bali menjadi kendala tersendiri untuk menentukan hari otonan.
Selain
itu, perayaan otonan tidak bisa
seperti ulang tahun. Jika ulang tahun bisa dilakukan di luar seperti di hotel,
restoran dan tempat lainnya, kalau otonan
mesti dilaksanakan di rumah. Apalagi
kini banyak hotel dan restoran yang menawarkan paket-paket khusus perayaan
ulang tahun lengkap dengan segala pernak-perniknya. Ulang tahun jadi terasa
lebih meriah.
Merayakan
ulang tahun juga terkesan sebagai cerminan manusia modern. Banyak yang merasa
sebagai keluarga modern dengan merayakan ulang tahun anak-anaknya. Itu tidak masalah, asalkan tetap ingat otonan. Bila pun dilaksanakan ulang
tahun, tetap isi dengan penanaman nilai-nilai agama Hindu.
Semoga saja umat Hindu lebih melaksanakan
tradisi otonan ini dan generasi Hindu
mampu dapat melestarikan tradisi otonan
agar anak cucu kita di masa mendatang dapat merasakannya dan lestari secara
turun menurun.
Post Comment
Post a Comment