Headlines News :
Home » , , , , , » "Padewasan" Cara Orang Bali Hindu Berdisiplin Menggunakan Waktu

"Padewasan" Cara Orang Bali Hindu Berdisiplin Menggunakan Waktu

Written By Unknown on Saturday, August 30, 2014 | 10:52 AM

Kalender Bali
DUMAI – Umat Hindu Bali mengenal tradisi “Padewasan atau Wariga” yakni baik-buruk suatu hari. Meskipun zaman sudah mengalami perkembangan yang sudah pesat dan modern, namun terkait mencari hari baik-buruk sebelum melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan tetap dilakoni oleh orang Bali khususnya umat Hindu.

Tidak hanya berkaitan dengan upacara adat dan agama, juga mengenai dengan kegiatan-kegiatan zaman kini seperti membeli komputer, meresmikan sebuah supermarket dan sebagainya. Karena itu, banyak yang berkeyakinan dewasa atau wariga di Bali akan senantiasa ajek kendati pun zaman sudah modern.

Dewasa ayu merupakan kepercayaan orang Bali berkenaan dengan penentuan baik-buruk hari setiap kali memulai suatu pekerjaan atau kegiatan. Orang Bali masih percaya, kesuksesan atau kelancaran suatu kegiatan atau pekerjaan tidak semata ditentukan oleh manusia itu sendiri tetapi juga pengaruh hari.

Maka dari itu, menurut penulis kalender Bali, I Gede Marayana, tidak perlu khawatir keberadaan wariga atau padewasan di Bali akan hilang. Apalagi, kini ada perkembangan yang menunjukkan orang Bali tidak semata mencari dewasa ayu saat akan memulai melaksanakan suatu upacara adat atau agama semata tetapi juga ketika memulai pekerjaan yang berkaitan dengan dunia modern seperti membeli mobil, sepeda motor, komputer, meresmikan toko, melantik pejabat dan lainnya.

"Memang benar, dalam lontar wariga tidak disebutkan tentang membeli mobil atau membuka supermarket. Akan tetapi, ada wariga yang sifatnya umum. Apa yang menjadi tujuan dari dibelinya barang tersebut, itulah yang dicarikan dewasa. Kalau mobil atau sepeda motor yang dibeli bakal digunakan untuk usaha, maka dewasa berkaitan dengan kegiatan usaha yang dicari," kata Marayana seperti dilansir Balisaja.com, Sabtu (30/8).

Menurut Marayana, tradisi wariga atau padewasan di Bali bisa mengikuti perkembangan zaman. "Inti terpenting dari wariga atau padewasan itu yakni agar kita disiplin menggunakan waktu," ujar Marayana.

Wariga memiliki makna warah ring raga atau weruh ring raga yang artinya 'tahu atau sadar akan diri'. Karena itulah, dasar terpenting wariga adalah sang Diri.

Tradisi wariga diciptakan oleh para pendahulu di masa lalu didasari oleh kecerdasan menyikapi keberadaan alam berikut segala benda-benda di angkasa yang berkaitan dengan bumi seperti matahari, bulan serta bintang. Keberadaan matahari, bulan dan bintang itu memberikan pengaruh terhadap kehidupan di bumi termasuk keberadaan manusia.

Kendati begitu, menurut Marayana, tradisi wariga atau padewasan itu sebetulnya tidaklah saklek sekali. Salah satu hari mungkin dianggap baik untuk suatu kegiatan atau pekerjaan, tetapi berkenaan dengan pekerjaan atau kegiatan lain diangap buruk. Marayana memberikan contoh hari yang diberi nama Semut Sedulur.

Hari ini dikatakan tidak baik untuk pelaksanaan upacara atiwa-tiwa atau mengubur mayat. Jika dilaksanakan upacara atiwa-tiwa atau penguburan mayat pada hari ini konon akan menyebabkan ada orang meninggal lagi, sehingga seisi desa akan mengusung mayat ke kuburan terus-menerus seperti iring-iringan semut.

"Namun, hari Semut Sedulur dinyatakan baik untuk mendirikan sebuah sekaa, perkumpulan atau memulai sebuah usaha," kata Marayana.


Oleh karena itu, sebuah padewasan sangat bergantung kepada kepentingan atau tujuan pekerjaan atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Sebuah hari baik akan dipilih berdasarkan kepentingan atau tujuan dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Share this post :

Post Comment

+ komentar + 1 komentar

September 27, 2019 at 11:25 PM

Manfaat Luar Biasa Temu Ireng Pada Ayam Aduan
Depos128

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2015. Hindu Damai - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
UA-51305274-1