DUMAI – Tanggal 16 Oktober merupakan hari pangan yang
diperingati oleh dunia internasional. Umat
Hindu Bali juga memiliki peringatan hari pangan yakni hari raya Soma Ribek. Hari raya Soma Ribek jatuh pada Soma (Senin) Pon
wuku Sinta, dua hari setelah hari raya Saraswati. Bertempatan hari ini, Soma Ribek dirayakan pada Senin, 6
Oktober 2014.
Mengapa Soma Ribek diidentikkan sebagai hari
pangan ala Bali? Menurut lontar Sundari Agama, teks tradisional yang dijadikan
salah satu rujukan hari-hari raya suci Hindu. Soma Ribek adalah hari pemujaan Sri Amerta (manifestasi Hyang Widhi
Wasa yang memberikan kemakmuran berupa bahan makanan, seperti beras dan
lainnya. Awam biasa menyebut Soma Ribek sebagai hari piodalan (peringatan kelahiran) beras sebagai sumber pangan utama.
Maka
dari itu, saat Soma Ribek, umat Hindu
Bali akan menghaturkan sesaji di tempat-tempat yang memiliki kaitan erat dengan
beras, seperti lumbung atau jineng
(tempat penyimpanan padi) serta pulu
(tempat penyimpanan beras). Sesaji yang dihaturkan lazimnya berupa banten
khusus yang berisi nyanyah geti-geti,
gringsing, raka-raka (buah-buahan), pisang emas, dan bunga-bunga harum.
Dalam
masyarakat Hindu Bali, seperti lazimnya masyarakat di Nusantara, padi atau
beras memang memiliki makna khusus. Buktinya, banyak daerah di Nusantara
memiliki cerita rakyat tentang asal mula padi atau beras. Masyarakat Nusantara
melihat padi atau beras sebagai simbol kemakmuran.
Pada
hari Soma Ribek, umat Hindu Bali
disadarkan tentang betapa pentingnya pangan dalam kehidupan ini. Tanpa pangan
manusia tidak bisa hidup dan menjalani kehidupannya. Karenanya, manusia pantas
berterima kasih dan mengucap syukur ke hadapan Sang Pencipta atas karunia
pangan yang melimpah, seperti dilansir Balisaja.com.
Post Comment
Post a Comment