Ilustrasi Penolakan Reklamasi Teluk Benoa |
DUMAI- Beberapa hari lalu, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono telah mengeluarkan SK PERPRES NO.51/2014 tentang pengesahan proyek
reklamasi Teluk Benoa. Dengan adanya keputusan ini, banyak muncul kritik dan
protes keras dari masyarakat Bali Khususnya.
Proyek reklamasi Teluk Benoa bisa membuat Bali
semakin rentan terhadap bencana banjir yang sama atau malah lebih parah dari
Jakarta. Bukan hanya itu, proyek reklamasi seluas 838 hektar tersebut juga
mengancam pemasukan nelayan di sekitar teluk, ketahanan pangan, serta
keberlangsungan tradisi penduduk lokal.
Deputi Direktur Walhi Bali Suriadi Darmoko, di
Jakarta, Kamis (23/1), mengatakan bahwa reklamasi ini akan menutup akses
ruang-ruang yang selama ini bisa diakses orang banyak. Kawasan reklamasi itu
rencananya akan dibangun hotel, perumahan pantai, mal, taman bermain wahana
seperti Disneyland, dan ruang pertunjukan musik dan teater skala besar. Rencana
ini, menurutnya, hanya akan dinikmati oleh golongan 1% penduduk Indonesia.
"Bahkan mungkin hanya 0,01%," katanya.
Posisi Teluk Benoa yang menjadi penampungan untuk
empat sungai besar di Bali juga bisa mengancam aliran air. Akibatnya, banjir besar bisa terjadi terjadi
perubahan tata ruang dan tata guna lahan di Teluk Benoa.
Koordinator Pendidikan dan Jaringan Penguatan
Koalisi Perikanan untuk Keadilan Rakyat (Kiara) Selamat Daroyni membandingkan
reklamasi yang akan dilakukan di Bali dengan yang sudah terjadi di Jakarta. Di
utara Jakarta, ada 831 hektar lahan yang direklamasi. Akibatnya 6 juta meter
kubik air tak punya 'lahan parkir'. Saat curah hujan tinggi mulai bulan
Desember, bisa dipastikan, rob akan menggenangi kawasan permukiman masyarakat
di Pademangan dan Penjaringan. "Bahkan sudah 11 tahun ada yang namanya
Kampung Apung di Penjaringan karena tak pernah kering dari banjir," ujar
Selamat.
Daerah lain di Indonesia yang kini kena banjir
bandang, yaitu Manado, Sulawesi Utara, juga direklamasi seluas 150 hektar. Dari
dua contoh itu, Selamat menuding reklamasi punya andil dalam menurunkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan. Dari
sisi pemasukan masyarakat, Kiara menyebut ada 17.450 keluarga nelayan yang
tergusur dan hilang pekerjaannya akibat reklamasi. Keluarga nelayan ini
tersebar di Jakarta, Semarang, Balikpapan, Manado, Teluk Palu, dan Losari,
Makassar.
Ada 12 desa di daerah sekitar 838 hektar yang akan
direklamasi di Teluk Benoa. Banyak dari penduduk yang menggantungkan pemasukan
sebagai nelayan dan usaha jasa wisata air. Di kawasan hutan mangrove yang akan
jadi titik reklamasi juga terdapat banyak keramba kepiting serta rumpon tempat
memancing udang.
Saat air surut, ada tradisi lokal masyarakat untuk
turun ke laut mencari kepiting dan udang. Artinya mereka bisa mendapat makanan
dengan cara ini. Belum lagi ada pura yang terletak di kawasan Teluk Benoa.
"Bagaimana bisa masyarakat mengakses
Teluk Benoa jika hak kelola hanya diserahkan ke satu perusahaan?" kata
Suriadi.
Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
(LPPM) Universitas Udayana dalam kajiannya sudah menyatakan bahwa reklamasi tak
layak dilakukan dengan pertimbangan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya,
dan ekonomi finansial. Namun tak ada yang berubah dari rencana proyek
reklamasi.
Surat Keputusan pertama soal proyek reklamasi Teluk
Benoa tertanggal pada 26 Desember 2012. Namun, masyarakat baru mengetahuinya
pada Juli 2013, sepekan setelah kedatangan bintang sepakbola Cristiano Ronaldo
sebagai duta mangrove pada akhir Juni 2013.
Teluk Benoa |
Baru setelah itu media di Bali melansir studi
kelayakan reklamasi. Gubernur Bali, menurut Suriadi, awalnya bilang tak tahu
tentang proyek reklamasi ini dan meminta agar masyarakat tak langsung apriori.
Ketika SK mulai tersebar luas, terlihat bahwa hak pengelolaan nantinya ada pada
PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI). Nantinya, 838 hektare atau 3/4
wilayah Teluk Benoa akan dikonversi jadi daratan.
Posisi Teluk Benoa sangat strategis. Ada akses darat
dan laut. Dari bandara, hanya lima menit. Letaknya ada di tengah-tengah
segitiga emas pariwisata Bali. Dengan luas wilayah dan pola pengembangan yang
direncanakan, Suardi yakin proyek reklamasi hanya akan menjadi alat
mengumpulkan modal, bukan untuk perlindungan pantai.
Musisi Jerinx dari Superman is Dead yang juga aktif
di Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi menambahkan, penolakan terhadap proyek ini
adalah habisnya toleransi terhadap pembangunan yang selama ini berlangsung di
Bali.
"Selama ini Bali dijajah oleh modal yang masuk
untuk mengeruk keuntungan. Sudah cukup Bali dan wilayah-wilayah lain yang
direklamasi diperas oleh orang-orang yang punya duit. Mereka tidak membuat
sesuatu di Bali, hanya dampaknya saja yang nanti terasa."
Post Comment
Post a Comment