Peta pulau Bali (ast4-nusped.blogspot.com ) |
I Ketut Wiana pernah menulis buku dengan judul “Mengapa
Bali Disebut Bali?” Dalam buku itu, Wiana mencoba menjelaskan makna kata Bali
sebagai wujud harapan para leluhur yang menamai pulau mungil berbentuk palu
godam ini dengan nama Bali. I Ketut Wiana merupakan penceramah sekaligus
penulis buku-buku agama Hindu.
Pertanyaan tentang mengapa Bali disebut Bali disusul
kemudian dengan pertanyaan sejak kapan sejatinya Bali sebagai nama pulau mungil
dikenal dengan nama Bali? Pertanyaan ini hingga kini masih sulit ditelusuri.
Sumber-sumber historis belum memberikan informasi tuntas mengenai permulaan
pulau berbentuk palu godam ini bernama Bali. Sumber-sumber tersebut memberi
nama yang berbeda-beda.
IB Putu Bangli dari Griya Taman Bali, Desa Adat
Sanur Kaja menguraikan tiga nama untuk Pulau Bali yakni wali, bali, dan banten.
Sebagaimana ditulisnya dalam buku, Mutiara dalam Budaya Hidu Bali (2005) ketiga
istilah itu memiliki makna yang sama yakni ‘persembahan’.
Jika merunut prasasti-prasasti yang ditemukan di
Bali, ketiga nama itu memang paling banyak disebut. Dalam Prasasti Blanjong
yang berangka tahun 835 Saka (913
Masehi) tertera kata ‘walidwipa’. Prasasti Blanjong disebut-sebut sebagai
prasasti tertua yang ditemukan di Bali.
Sementara itu, pada Prasasti Gobleg, Pura Desa II
yang berangka tahun 905 Saka (983 Masehi) ditemukan kata ‘bali’. Dalam prasasti
ini ditemukan kata-kata “…..siwyan…..dini di Bali….” yang artinya ‘dihormati di
sini di Bali’.
Kata ‘bali’ untuk menyebut nama Pulau Bali ini juga
ditemukan ditemukan dalam Prasasti Raja Jayapangus antara lain dalam prasasti
Buahan D (1103 Saka). Dalam prasasti ini ditemukan kalimat berbunyi, “…..pinaka
pangupajiwaning jiwa jiwa wardhana ring Bali Dwipa”…..yang artinya ‘merupakan
sumber penghidupan demi pertumbuhan setiap penduduk di Pulau Bali.
Jika dicermati, ada kesamaan antara kata ‘wali’ dan
‘bali’. Dalam bahasa Bali, fonem ‘w’ dan ‘b’ berkorespondensi atau memiliki
kepadanan. Contoh mengenai hal ini dapat dilihat pada kata weringin dan
beringin, waruna dan baruna, wanwa dan banwa. Karena itu, maka kata wali dan
bali sejatinya sama.
Selain wali dan bali, ada juga kata lain yang
dipakai menamakan Pulau Bali yakni banten. Hal ini, menurut IB Bangli, dapat
ditemukan dalam prasasti Tengkulak A yang bertahun Saka 945 (1023 Masehi).
Prasasti ini memuat kata-kata “……siniwi ring desa banten….” yang artinya
“dihormati di Pulau Bali”.
Sebutan Banten ditemukan pula dalam kaitannya dengan
nama salah seorang raja Bali Kuna yang ditemukan dalam prasasti Langgahan yang
bertahun Saka 1259 (1337 Masehi). Raja Bali Kuna ini bernama Paduka Batara Sri
Asta Sura Ratna Bumi Banten yang dapat diartikan, raja ibarat delapan dewa
(penguasa arah mata angin) sebagai permatanya Pulau Banten.
Ilustrasi Bali (dhimamkhan.blogspot.com ) |
Kata banten pun, menurut IB Bangli, memiliki makna
yang sama dengan wali dan bali yakni 'persembahan'. Kata Bali dianalogikan
dengan perubahan kata sebagai bentuk ungkapan halus dalam Bahasa Bali seperti
kata sari dengan santen (sari), negari dengan negantun (negara), sesari dengan
sesantun (isi) inti dari persembahan, kari dengan kantun (masih).
Wiana menyebut sumber tertua yang menggunakan
istilah Bali adalah kitab Rgveda pada bagian kitab Satapatala Brahmana
11.5.6.1. Karena itu istilah Bali bukan hanya digunakan menamakan pulau Bali
saja. Jauh sebelumnya kata Bali digunakan untuk menyebutkan banyak hal terutama
dalam kebudayaan Bindu India.
“Upacara ynag ditujukan kepada bhuta (unsur yang
membentuk alam) disebut juga Bali oleh kitab Rg Veda. Begtitu juga dalam kitab Manawa Dharmasastra.
III. 70. 74. dan 81, kata Wiana.
Di dalam kitab itihasa dan purana juga banyak
dijumpai istilah Bali. Misalnya dalam Wisnu Purana dan Matsya Purana
menceritakan Maha Bali Putra dari Wairocana dan cucu Prahlada. Ada juga cerita
Bhagawata Purana Raja Bali yang mendapatkan penyupatan dari Wamana penjelmaan
Dewa Wisnu. Di dalam kitab Siwa Purana disebutkan Dewa Siwa bereinkarnasi
menjadi Raja Bali di pertapaan Balakhilya di Gunung Gandhamadana selama periode
14 Manu.
Karena itulah, Wiana berpendapat istilah Bali yang
dipakai sekarang bukan berasal dari bahasa Bali. Nama Bali sebagai nama pulau
maupun sebagai nama Menurut Wiana, Bali berasal dari bahasa Sanskerta yang
artinya ‘kekuatan yang maha agung’ (the powerfull).
“Pengaruh kebudayaan India di Indonesia termasuk
Bali sudah sangat tua sehingga sangat
sulit melacak kapan pulau kita ini mulai bernama Bali,” kata Wiana.
Logo Pemprov Bali (dhimamkhan.blogspot.com ) |
Namun, sejumlah sumber babad juga menyebut nama
bangsul untuk nama Pulau Bali. Para pedagang Cina menyebut dengan nama berbeda,
dwapatan.
Para pelaut asing sendiri baru mengenal Bali mulai
abad ke-16. Awalnya, seorang pelaut Portugis, Fernao Mendez Pinto menyebut Bali
sebagai Java Minor. Malah dia sempat menyangka Bali sebagai bagian dari
kerajaan Demak.
Namun, umumnya pelaut-pelaut asing mengenal Bali
dalam nama yang beragam. Ada yang menyebut Balle atau Ilha Bale. Pelaut asal
Belanda yang pernah singgah di Bali, Cornelis de Houtman mengenal pulau mungil
ini dengan nama Baelle.
Sumber Klik Disini
Post Comment
Post a Comment