Upacara mulang pakelem |
TELUK BENOA, DUMAI- Gerakan Masyarakat Pemuda Tolak
Reklamasi (Gempar) Teluk Benoa dan Sabha Desa Tanjung Benoa, Minggu (3/11)
kemarin menggelar upacara mulang pakelem di Teluk Benoa. Upacara tersebut
diikuti ratusan masyarakat, pemangku adat, dan tokoh masyarakat.
Tokoh masyarakat Kadek Duarsa mengatakan, upacara
ini digelar untuk memohon agar krama Bali diberikan keselamatan. Selain itu
juga memohon agar krama Bali, termasuk pemimpin Bali, diberikan pencerahan
dalam upaya menyelamatkan alam Bali. Salah satunya terkait rencana reklamasi.
''Kami berharap kepada Gubernur Pastika agar SK 1727 itu segera dicabut. Kami
di Tanjung Benoa ini menginginkan ketenangan, supaya masyarakat tidak resah dan
hidup damai seperti semula,'' tegasnya seperti dilansir balipost.co.id, Senin (04/11).
Koordinator Gempar I Made Yonda Wijaya menjelaskan
prosesi yang dilakukan memohon petunjuk secara niskala kepada penguasa di Teluk
Benoa. Sehingga segala keputusan yang diambil nanti, secara niskala memberikan
efek jera kepada mereka yang ingin merusak lingkungan Bali.
Sementara itu, Ketua Sabha Desa Tanjung Benoa Wayan
Dibia Adnyana menyatakan upacara persembahyangan dan mulang pakelem (Mapakelem) ini
bertujuan agar Sabha Desa diberikan petunjuk dalam kaitan rencana reklamasi
ini. ''Kami juga akan menggelar rapat Senin (4/11) bersama pihak tulad kerta,
yang di bawahya terdapat petajuh-petajuh, wakil dari klian-klian adat di
masing-masing banjar.
Terkait perjanjian kerja sama reklamasi, Dibia
Adnyana mengharapkan agar Bendesa Adat Tanjung Benoa segera mencabut perjanjian
itu. ''Kalau beliau tidak mau mencabut suratnya segera, kami akan melaporkan
kepada yang berwajib, sebab mereka telah melakukan tanda tangan tanpa
sosialisasi di masyarakat,'' tambahnya.
Post Comment
+ komentar + 2 komentar
Dumogi sami memargi becik. Salah satu dari Sad Kertih adalah Samudra Kertih, samudra (laut) yang sangat disucikan oleh umat Hindu sebagai pelebur segala mala. Upacara Melasti pasti kita ke samudra (laut).
Disisi lain, Reklamasi Pulau Serangan merupakan contoh tidak adanya kesinambungan antar pemimpin (tidak ada rencana pasti). Hanya bisa "meletakkan batu pertama" namun setelah itu lepas tanggung jawab diserahkan kepada pemimpin berikutnya.
suksma infonya
Suksma Bli infonya juga...
Jangan pernah Kapok maen n koment blog sederhana ini ya..hhee
Post a Comment