Headlines News :
Home » , , » Umat Hindu Rayakan Hari Suci Galungan dan Umat Islam Gelar Tradisi Shafaran Berjalan Harmonis di Karangasem

Umat Hindu Rayakan Hari Suci Galungan dan Umat Islam Gelar Tradisi Shafaran Berjalan Harmonis di Karangasem

Written By Unknown on Thursday, December 18, 2014 | 12:58 PM

KARANGASEM, DUMAI – Suasana penuh toleransi dan persatuan dalam perbedaan (Unity in Diversity) tampak jelas terasa di Desa Adat Seraya, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Kesatuan leluhur telah mengeratkan kerukunan antar sesama penduduknya yang berbeda keyakinan.
    Umat Hindu dan Muslim di Bukit Tabuan, Karangasem, Bali, melakukan ritual Hari Raya Galungan dan Shafaran di tempat yang sama (bali.tribunnews.com)
Daerah dihuni oleh sebagian umat Hindu dan Islam yang telah membaur sejak abad ke-16 Masehi. Kondisi tersebut tercermin dari ritual yang dilakukan secara bersama dan bergiliran dalam satu lokasi yang dianggap memiliki nilai kesakralan oleh seluruh warga di sana, baik yang Hindu maupun Islam.

Ritual yang dilakukan tersebut yakni umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan, sedangkan umat Islam di Bukit Tabuan juga melakukan tradisi Shafaran yang dilakukan setiap tahun sekali, atau tepatnya pada akhir bulan Shafar (menurut kalender Islam), yang jatuh pada pertengahan Desember ini.

”Kita semua sudah seperti saudara. Kita ada di sini sejak dipindahkan dari Yeh Kali oleh Anak  Agung  Ngurah Karangasem (Raja Karangasem). Mungkin sekitar abad 16,” ungkap tokoh Desa Dinas Bukit Tabuan, Burhanuddin, seperti dilansir Tribunnews.com, Rabu (17/12) kemarin.

Sebelum melakukan ritual, dua warga yang memiliki keyakinan berbeda terlihat membaur menjadi satu di lokasi yang sama. Tempat tersebut bernama Prasasti Pesantren Buar–Buaran, dan kini berubah nama menjadi Pura Bhor Lokha atau Pura Buar–Buaran.

Sekitar ratusan umat yang berbeda keyakinan terlihat duduk secara bersama di Pura Bhor Lokha, untuk melakukan ritual menurut kepercayaannya. Sebelum upacara persembahyangan (Galungan) digelar oleh umat Hindu, sebagian umat Islam diberi kesempatan untuk melakukan ritual terlebih dahulu. Lantunan ayat Al-quran terdengar dari sekitar Pura Bhor Lokha, dan beberapa umat Islam juga terlihat menebarkan kembang di Prasasti tersebut. Usai ritual tersebut, acara dilanjutkan oleh umat Hindu Desa Bukit Tabuan. Mereka melakukan persembahyangan secara bersama untuk memperingati Hari Raya Galungan, dan dilanjutkan nunas  tirta yang dilakukan oleh para pemangku.

Ritual antara umat Hindu dan Islam di Pura Bhor Lokha ditutup dengan penyerahan sesajen antara dua tokoh. ”Ini adalah momen yang paling bahagia. Ini baru pertama kami menggelar upacara secara bersama di tempat ini (Pura Bhor Lokha),” ujar tokoh Desa Bukit Tabuan, Hasan Basri.

Menurut Bandesa Adat Seraya, I Nyoman Matal, ikatan persaudaraan umat Hindu dan Islam di Desa Dinas Bukit Tabuan telah terjalin sejak dulu. Tali persaudaraan itu diikat oleh sebuah prasasti yang merupakan warisan dari leluhur bersama mereka. Hasan Basri menambahkan, mereka umat Hindu dan Islam di Bukit Tabuan kadang menyampaikan rasa syukurnya di Prasasti.

”Tahun ini tradisi Shafaran bertepatan dengan Hari Raya Galungan. Jadi penyampaian rasa syukur dilakukan secara bersama dalam waktu bergiliran,” ujar Matal.

Hasan Basri menambahkan, prasasti yang berada di Pura Bhor Lokha sudah ada sejak para leluhur di sana mengenal solat telu waktu (tiga waktu). Di tempat ini pula para leluhur di Bukit Tabuan melakukan ibadah secara bersama.


”Leluhur dulu mengadakan ritual disini dengan membawa sesajen. Biasanya sebelum musim panen, mereka datang kesini (Prasasti) untuk bersyukur. Kerukunan ini sudah terjadi sebelum kita ada,” tambah Hasan Basri.
Share this post :

Post Comment

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2015. Hindu Damai - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
UA-51305274-1