Headlines News :
Home » , , , » Tujuh Proses Rangkaian Upacara dan Pendakian Spiritual Hari Suci Galungan

Tujuh Proses Rangkaian Upacara dan Pendakian Spiritual Hari Suci Galungan

Written By Unknown on Monday, December 15, 2014 | 7:00 PM

DUMAI - Menjelang hari suci Galungan, sering kita baca, dengar dan lihat orang membahas tentang makna hari suci itu, baik itu melalui media cetak, radio maupun televisi. Tapi dari pembahasan yang dikemukakan, semua akan bermuara pada arti dan pemaknaan hari suci tersebut.

Pada kesempatan ini, seperti dikutif dari Fans Page Puskor Hindunesia akan membahas dari perspektif yang berbeda. Kita akan melihat dari rangkaian 7 proses inti yang kita lalui dari keseluruhan 10 proses yang ada. Kenapa kita ambil hanya 7, karena angka 7 dalam Hindu memilki makna tingkatan suci baik kebawah (Sapta Butha) ataupun tingkatan suci ke atas (Sapta Patala - Sapta Dewa) yang merepresentasikan kekuatan Dewa (Dharma) dan kekuatan Butha (Adharma).

Ketujuh proses itu diilustrasikan seperti kita mendaki gunung tinggi, yang tahap-tahapannya kita harus lewati sebelum kita menuju puncak. Keberhasilan kita dalam pendakian itu adalah pertanda kita telah paham dengan setiap proses dan belajar banyak hal dari satu langkah yang kita lewati.

Satu hal yang sangat penting, bahwa penamaan yang dibarengi dengan aktifitas dasar yang kita temukan di Bali, sangat kaya dengan makna dan filosofi religi. Yang terkadang kita hanya melihat dari sisi aktifitas saja, padahal jauh daripada itu mengandung makna kupasan spiritual yang sangat dalam. Dengan demikian "beragama" orang Hindu di Bali, selama ini sudah sangat bagus pada tahapan implementatif, tapi perlu penguatan pemahaman yang lebih dalam.

Baiklah kita mulai dari proses pertama, yakni:

(1) Sugihan Jawa, proses pembersihan dan penyucian jagat raya atau alam semesta (Makrokosmos), bermakna menyucikan lingkup terluas sebagai bagian dari kehidupan kita. Dalam Piramida yang digambarkan merupakan rangkaian dasar dan fondasi terluas untuk menopang proses-proses berikutnya. Bila kita hubungkan dengan ilustrasi pendakian itu, kita bisa samakan dengan proses persiapan perbekalan, peralatan dan pemetaan sebelum kita mendaki.

(2) Sugihan Bali, proses pembersihan dan penyucian diri sendiri (manusia), yang kita kenal dengan istilah alam kecil kita (Mikrokosmos - bhuwana alit). Kenapa mesti manusia yang harus disucikan? Sebagai makhluk utama yang diciptakan Brahman, maka manusia memiliki kunci dalam mengendalikan keseimbangan jagat ini. Sebagai alam kecil, maka pribadi-pribadi manusia adalah cerminan dari jagat raya itu sendiri. Untuk menjaga alam besar ini harmoni dan seimbang, maka kita harus menjaga harmoni dan keseimbangan alam kecil kita. Proses kedua ini bisa kita andaikan pada proses pendakian awal, dimana kita masih temukan medan yang belum begitu berat, tanpa tanjakan dan sedikit rintangan yang berarti, karena diri kita sendiri yang sangat paham akan siapa kita.

(3) Penyekeban (isolasi, meditasi, untuk menjaga stamina tubuh kita - angga sarira), dalam mempersiapkan diri melewati proses berikutnya. Dalam pendakian ke puncak gunung, proses ini bisa kita samakan dengan istirahat kita di "Camp" yang pertama, sambil mencari dan mengumpulkan energi untuk melanjutkan pendakian. Waktu istirahat ini akan sangat penting agar kita bisa mengurangi kejenuhan dan bisa berpikir lebih tenang.

(4) Proses berikutnya lebih mengerucut lagi ke dalam diri raga manusia, khususnya ke pikiran (manah) yang akan memantapkan diri kita untuk berkomitmen memenangkan Dharma dalam diri kita. Proses ini disebut Penyajaan (proses memastikan, proses "nyajaan", asal kata dari "saja" (benar, pasti, yakin)). Bahkan dalam konsep manajemenpun kita kenal dengan proses "actuating" (aktualisasi). Pada tahap ini kita sudah tidak ragu lagi bahwa pendakian tetap akan kita lanjutkan untuk mencapai puncak kemenangan Dharma.

(5) Pengejukan, arti dari pengejukan adalah menangkap dan membelenggu segala perintang yang kita simbolkan sebagai sarwa Butha dalam rangkaian Galungan ini, untuk kemudian kita kalahkan (tampung, tampah) di hari berikutnya. Butha ini tiada lain adalah simbol dari sifat-sifat buruk dalam diri kita yang menjadikan diri kita "gelap" (awidya), seperti Butha Amangkurat (Keinginan Menguasai), Butha Dungulan (Ego), Butha Galungan (Keangkuhan dan Kedengkian), seperti tertulis dalam lontar Sri Jaya Kasunu. Kembali ke proses pendakian gunung, ini adalah proses menaklukan rasa pesimis, rasa lelah, keinginan untuk turun dan rasa sakit yang menyiksa dimana-mana, yang membuat kita ingin mengakhiri proses pendakian itu.

(6) Penampahan ("nampah", memotong atau membunuh, bisa juga diartikan menyomiakan - menetralisir) kekuatan-kekuatan Butha, terutama Butha Amangkurat (keinginan untuk menjadi penguasa), yang menjadi butha paling dominan dari semua sifat buruk yang ada pada diri kita. Proses ini bisa juga kita artikan "nampa" (menampung) pada suatu titik, kekuatan butha itu untuk selanjutnya kita netralisir menjadi kekuatan Dewa. Dari gambar piramida pendakian itu, tahapan ini sudah semakin mengerucut pada penguasaan diri, karena dalam benak kita, sudah terbayang bahwa puncak sudah sangat dekat dan kita mengumpulkan kelemahan-kelemahan yang ada pada tahap sebelumnya untuk kita netralisir dengan pencapaian tujuan yang sudah dekat.

(7) Galungan, kemenangan, puncak kepuasan rohani. Ini lah puncak kotemplasi diri yang dinantikan, dimana semua kekuatan butha sudah tersomiakan menjadi kekuatan Dewa, kekuatan Dharma, kekuatan keceriaan dan kebahagiaan. Kita merayakannya dengan kelimpahan kemuliaan hidup, dan rasa syukur yang tinggi akan keagungan Sang Maha Pencipta. Kita mulai dengan melakukan SEMBAHYANG (Menyembah Hyang, Hyang itu Atman, Atman itu Diri kita) di pemerajan, sanggah, padukuhan, sanggar pamujan, dan tempat-tempat yang kita jadikan tempat untuk memuliakan roh-roh suci para leluhur.

Pertemuan antara spirit kita (yang sudah kita sucikan dan kita perkuat unsur dewa-nya dalam proses tersebut), dengan spirit-spirit suci para leluhur, orang-orang Suci, para Dewa dan akhirnya Sang Hyang Tunggal, maka sempurnalah garis itu sebagai garis KEMENANGAN DHARMA yang sesungguhnya.


Demikianlah secara singkat, pemaknaan 7 proses yang kita lalui dalam menuju perayaan kemenangan dharma di HARI SUCI GALUNGAN. Selamat hari suci Galungan, semoga semangat DHARMA tetap dan terus membara dalam diri kita sehingga sifat-sifat butha yang selalu ingin menguasai kita akan terus luluh dan ter-somia-kan setiap saat.
Share this post :

Post Comment

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2015. Hindu Damai - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
UA-51305274-1