Kali Yuga adalah salah satu dari empat ( catur )
Yuga yang kondisi manusianya paling buruk akhlak dan kehidupan spiritualnya. Kali
Yuga sebagai zaman kemerosotan akhlak dan moral manusia di tunjukan oleh
pernyataan-pernyataan veda " sa
kalir tamasa smrtah" Kali Yuga juga disebut zaman Tamas "
kegelapan dan kebodohan ".
Sifat alam Tamas
ini menyebabkan manusia ini mengkhayal, sehingga manusia berpikir menjadi
tidak waras, malas di bidang kerohanian dan banyak tidur. Selanjutnya dikatakan
" Adharmam dharman iti ya manyate
tamasvrta ", manusia menganggap yang benar di anggap salah dan yang
salah di anggap benar. sehingga " Sarvathan
viparitams ca " segala kegiatannya menuju sesat.
Dari pernyataan di atas, dapat kita korelasikan pada
era kekinian bahwa jaman sekarang merupakan jaman Kaliyuga. Kita ketahui
perilaku Adharma sangat merajalela di jaman modern saat ini sedangkan perilaku Dharma
seolah-olah dikesampingkan.
Atas fenomena apa yang terjadi di masyarakat
khususnya di Bali, umat Hindu di Bali kini tak kurang sedikit mengalami
pergeseran sraddha terhadap ajaran agamanya. Banyak kasus-kasus yang timbul
seperti konversi agama dan tradisi budaya Bali Hindu yang di adopsi oleh kaum
agama lain. Konversi agama di Bali seakan-akan sudah gencar dilakukan oleh
kaum-kaum misionaris yang mengambil keuntungan dengan memperbanyak umatnya.
Seperti contohnya, banyak terdapat masyarakat yang
mengalami kesulitan ekonomi pada akhirnya pindah agama lain yang menawarkan
kehidupan yang layak dan menjanjikan dari segi ekonomi. Pindah agama bukan
karena berdasarkan keyakinan/sraddha tetapi ingin mendapatkan kepuasan secara
materi. Nah, fenomena seperti ini sudah marak terjadi di kalangan masyarakat di
Bali.
Di tambah contoh lainnya, sudah jelas-jelas tradisi
budaya milik Hindu Bali di adopsi untuk mendukung menjalankan ajaran agama yang
di anut seperti Pelinggih/Merajan yang di beri patung Bunda Maria dan Salib. Padahal
itu jelas-jelas merupakan tempat suci yang dimiliki oleh Hindu Bali tradisi turun menurun dari leluhur masyarakat Bali. Hindu merupakan agama yang mengajarkan umatnya untuk ingat kepada leluhurnya/Pitra. Sedangkan ajaran agama lain tidak ada mengajarkan seperti itu.
Ini menandakan bahwa sungguh melanggar dari ajaran
agama. Sudah jelas bahwa setiap agama memiliki ajaran tersendiri, mengapa masih
saja agama lain mengadopsi dan memodifikasi ajaran agama Hindu? Ketika di tanya kepada mereka yang
melakukannya seperti mengelak dengan mengatasnamakan agar Bali tetap ajeg!
Apapun alasannya, ini sudah kelewatan memanfaatkan
atas nama Ajeg Bali agar dapat memuluskan para oknum-oknum misionaris untuk
menambah umatnya di Bali. Semua konsep ajaran agama Hindu di adopsi oleh agama
lain untuk menambah umatnya di Bali. Contoh kasus terakhir, merayakan hari raya
Natal menggunakan pakaian adat Bali, Gereja yang diberikan Penjor, Gereja yang
berbentuk Pura dan banyak lainnya dengan dalih untuk meneruskan kebudayaan Bali
dari leluhur padahal itu semua merupakan ajaran Hindu yang menjadi budaya di
Bali.
Masyarakat Hindu Bali kini harus lebih waspada akan
adanya konversi agama yang semakin hari mulai menunjukkan keberadaanya. Bali
memang harus tetap ajeg tetapi masyarakat harus cerdas dalam memilih agama,
akan lebih baik menganut agama berdasarkan keyakinan penuh bukan semata-mata
untuk mendapatkan materi karena itu hanya sementara.
Satyam Eva Jayate! Jaya. (WPW)
Post Comment
+ komentar + 1 komentar
Sepppp Bli Agus Puji.. Mari kita melakukan Action nyata Bahwa Hindu tetap Eksis smpai kapan pun.... !
Generasi Hindu tunjukkan Taring mu.... Satyam Eva Jayate ... JAAYYYYAAAA
Post a Comment