Headlines News :
Home » » Kehidupan Umat Hindu Ditengah Mayoritas Umat Katolik Timor Leste

Kehidupan Umat Hindu Ditengah Mayoritas Umat Katolik Timor Leste

Written By Unknown on Friday, December 26, 2014 | 7:43 AM

DUMAI – Negara Baru di ujung timur pulau Timor ini hanya berpenduduk 1,2 juta jiwa, mayoritas beragama Katolik, tetapi agama lainnya seperti Kristen Protestan, Hindu, Islam, dan Budha serta Konghucu tetap diberi tempat terhormat. Satu hal yang perlu dicontoh adalah tingginya toleransi, tidak adanya tekanan terhadap penganut angama lainnya. Mereka tidak perlu khawatir di tengah besarnya penagnut agama Katolik, masing-masing dapat beribadah dengan tenang. Di tengah kota Dili berdiri tegak Masjid Annur yang dapat menampung 2.000 jemaah, terletak di Kampung Alor, sekitar 700 meter dari KBRI Dili. Sementara 900 meter di  sebelah timurnya berdiri gereja terbesar di kota Dili yaitu Gereja Motael.
Pura Giri Natha di Dili, Timor Leste (www.beritabali.com)
Di dekat Istana Perdana Menteri hanya sekitar 300 meter terdapat Klenteng tempat ibadah umat Budha, tidak ada umat yang merasa terganggu. Selama hampir 2 tahun penulis tinggal di Dili, tidak pernah terdengar ada serangan terhadap tempat ibadah atau percekcokan dan perselisihan soal ijin pendirian tempat ibadah. Negara kecil ini malahan dapat mengamalkan semboyan Bhineka Tunggal Ika secara benar, meskipun ideologi negaranya bukan Pancasila, dimana Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertamanya.

Pada hari Melasti, sehari sebelum Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1936 yang lalu, penulis bersama sekitar 15 orang WNI yang beragama Hindu merayakan Nyepi di Dili (dari sekitar 50 umat Hindu). Pada umumnya dari Bali, melaksanakan Melasti di Pantai Tasi Tolu Dili sekitar pukul 11.00. Sejak dari Pura Giri Natha, Taibessi, umat sudah mengenakan pakaian sembahyang, menggunakan empat kendaraan tiba di pantai yang bersih dan tenang. Banyak anak-anak sekolah melihat dengan sikap hormat, tidak ada kata-kata yang menganggu kekhidmatan, malahan mereka ikut menyaksikan sampai selesai.

Upakara dapat berlangsung dengan lancar, 2 orang bhakta kerauhan, sebagai pertanda bahwa Ida Betara mececingak terhadap umatnya yang melaksanakan yadnya. Demikian juga persembahyangan setiap hari purnama dan hari suci lainnya, apabila ada WNI yang berpakaian Bali mereka sudah tahu akan sembahyang ke Pura Giri Natha, perjalanan meskipun melewati perkampungan orang Timor, tidak pernah ada gangguan.

Satu sikap yang membuat penulis kagum adalah masih tetap berdirinya pura di sejumlah distrik, meskipun sudah tidak ada umat Hindu di sekitar Pura karena sudah pada kembali ke Indonesia ketika usai jejak pendapat pada tahun 1999. Mereka tidak berani begitu saja merubuhkannya seperti yang terdapat di Baucau dekat Mapolresta Baucau. Kondisi pura tetap masih ada pelinggih padmasana yang menurnya terpotong juga arca naga da bedawang Nala kepalanya terpotong. Candi Gelung ujungnya sedikit patah dan Candi bentar serta Bale Gong tanpa atap tetapi sayangnya di utama mandala ada pengungsi yang melepas babi sehingga terkesan kotor. Di seberang Pura agak ke kanan terdapat Masjid yang cukup banyak umat muslimnya dan tinggal di sekitarnya.

Ketika penulis mengunjunginya tanggal 24/10/2014 yang lalu, Kapolresta Baucau Chief Superintendent Police (Kombes Pol) Neta Mok yang dulu juga mantan anggota Polri (saat di Indonesia), malah ingin melestarikan pura tersebut.

“ Pak Made, Pura ini jangan dipindahkan, kalau dipindahkan nanti nilai sejarahnya hilang, saya ingin melestarikannya. Sehingga bisa dijadikan tempat ibadah atau obyek kunjungan jika ada pejabat Indonesia yang ke Baucau. Carikan saya seseorang yang beragama Hindu untuk menjaga dan merawat Pura ini. Saya senang denga ukiran-ukirannya masih bagus,” ujar Neta Mok.

Luarbiasa, tidak bisa dibayangkan kalau di Indonesia ada tempat ibadah yang terlantar, pasti sudah diambil alih, sebaliknya di Timor Lesta mereka tetap mempertahankannya dan merasa tidak berhak menguasainya. Sebagai negara yang pernah menjadi bagian Indonesia, tampaknya pemimpin negara ini ingin benar-benar menerapkan kebijakan pluralisme di bidang politik, ekonomi dan kebudayaan. Meskipun tidak ada Kementerian Agama, semua urusan keagamaan cukup ditangani oleh Keuskupan Dili, hubungan antar umat beragama sangat baik, tidak pernah ada unjuk rasa membawa label agama.

Berbeda dengan Masjid Annur yang rutin dapat dana pemeliharaan, Pura Giri Natha tidak mendapat dana pemeliharaan dari pemerintah Timor Leste, karena sangat sedikit WNITL beragama Hindu, sehingga renovasi berjalan lambat. Atas inisiatif Atase Polri pada KBRI Dili bersama umat Hindu di Dili telah selesai direnovasi wantilan yang kini menjadi tempat berkumpul umat di Madya Mandala dan kamar mandi di Kanista mandala. Tahap berikutnya akan diperbaiki secara bertahap Kori Gelung dan Bale Piasan, dilanjutkan dengan Padmasana dan Candi Bentar yang sebagian rusak pada saat kerusuhan pasca jejak pendapat tahun 1999. Kendala yang dihadapi adalah umat yang tidak menetap, diantara yang tinggal di Dili waktunya habis untuk bekerja, sebagian tokoh umat sudah mutasi kembali ke Indonesia sejak tahun 2014, seperti Gede Sugiharta dan Ida Bagus RU (PT Pertamina), Made Tirta (PT Coscadian), Gede Susila (Restoran Wasabe), Komang ( One More Bar) dan lainnya. Sehingga mempengaruhi kemampuan menggalang dana.

Pada Senior Official Meeting membahas rekomendasi laporan akhir komisi kebenaran dan persahabatan RI-Timor Lesta di Dili tahun 2013, Pura Giri Natha sudah diakui sebagai warisan peninggalan Indonesia untuk dirawat dan digunakan bersama. Hubungan Indonesia dengan Timor Leste memang unik, dulu terlibat konflik selama 20 tahun lebih, kini menjadi tetangga yang sangat rukun, banyak peninggalan bangunan masa Indonesia yang tersebar di semua distrik seperti TMP Seroja, Kantor TNI dan Polri, termasuk Pura Giri Natha yang terletak di puncak bukit Taibessi yang memerlukan perhatian Pemerintah kedua negara.

Penulis adalah Kombes Pol. Drs. I Made Pande Cakra, M.Si selaku Ketua PHDI Bekasi, bertugas di KBRI Dili seperti dikutip Media Hindu, Kamis (25/12).
Share this post :

Post Comment

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2015. Hindu Damai - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
UA-51305274-1