DUMAI -
Menurut penanggalan Bali, hari Redite Wage wuku Kuningan merupakan hari perayaan
yang dinamai hari Ulihan. Tapi, tak
banyak yang merayakan hari Ulihan
ini. Lebih banyak lagi yang tak tahu makna perayaan di hari pertama pada wuku
Kuningan ini.
Ilustrasi (transindonesia.co)
Menurut
penulis buku-buku agama Hindu, IBP Sudarsana, kata ulihan bisa diartikan ‘kembali’.
Memang, hari Ulihan diyakini sebagai
saat kembalinya para Dewata ke kahyangan.
Menurut
Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu disebutkan
hari Ulihan sebagai hari memberikan
oleh-oleh kepada Dewa Pitara pada saat kembali ke kahyangan. Karenanya, pada
hari Ulihan disuguhkan oleh-oleh berupa rempah-rempah, urutan, beras dan
sejenisnya. Pada saat hari Ulihan, umat Hindu melaksanakan upacara kecil berupa
menghaturkan banten soda pada semua bangunan suci serta melangsungkan
persembahyangan.
Sementara
menurut Srikanden dalam buku Galungan, hari Ulihan dimaknai sebagai saat untuk mengenang jasa-jasa para leluhur yang
telah mendahului kita. Generasi saat ini tentu saja punya kewajiban untuk
melanjutkan langkah-langkah perjuangan para leluhur itu, terutama perjuangan
yang baik. Pada saat yang sama juga merenungi segala kesalahan sehingga tidak
lagi diulangi oleh generasi kini.
Setelah
hari raya Ulihan, dilanjutkan dengan hari suci Pemacekan Agung. Hari Pemacekan
Agung jatuh pada Soma Kliwon Wuku Kuningan. Menurut Sudarsana, kata pemacekan
berasal dari kata pacek yang dapat
diberikan arti 'tapa', sedangkan kata
agung berarti 'kuat' atau 'teguh'. Karenanya, makna Pemacekan Agung adalah penguatan tapa terhadap godaan dari Sang
Kala Tiga sehingga Sang kala Tiga kembali ke sumber-Nya. Dalam pengertian
yang lain, Pemacekan Agung sebagai momentum nyomya
(pengembalian) kekuatan Sang Kala Tia ke sumbernya.
Pada
hari ini dilaksanakan upacara kecil berupa menghaturkan banten soda pada
masing-masing pelinggih dan melaksanakan persembahyangan. Setelah selesai
matirtha, tirtha tersebut kemudian dipercikkan ke seluruh pekarangan merajan
atau rumah. Selanjutnya dihaturkan segehan agung di lebuh disertai dengan api
dakep dan tetabuhan arak berem.
Pada
Buda Paing Kuningan yakni Rabu (3/4) dilaksanakan piodalan Batara Wisnu.
Pelaksanaan upacara dipusatkan di paibon, dadia atau panti. Sarana upakara-nya
berupa sirih yang dikapuri putih, hijau, pinang 26 disertai tumpeng hitam serta
reruntutannya, bunga-bunga harum.
Artikel
dikutip dari www.balisaja.com, Rabu
(24/12).
Post Comment
Post a Comment