Headlines News :
Home » , , » Hari "Ulihan" Sebagai Momen Mengenang Jasa-jasa Leluhur

Hari "Ulihan" Sebagai Momen Mengenang Jasa-jasa Leluhur

Written By Unknown on Wednesday, December 24, 2014 | 7:30 AM

DUMAI - Menurut penanggalan Bali, hari Redite Wage wuku Kuningan merupakan hari perayaan yang dinamai hari Ulihan. Tapi, tak banyak yang merayakan hari Ulihan ini. Lebih banyak lagi yang tak tahu makna perayaan di hari pertama pada wuku Kuningan ini. 
Ilustrasi (transindonesia.co)
Menurut penulis buku-buku agama Hindu, IBP Sudarsana, kata ulihan bisa diartikan ‘kembali’. Memang, hari Ulihan diyakini sebagai saat kembalinya para Dewata ke kahyangan.

Menurut Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu disebutkan hari Ulihan sebagai hari memberikan oleh-oleh kepada Dewa Pitara pada saat kembali ke kahyangan. Karenanya, pada hari Ulihan disuguhkan oleh-oleh berupa rempah-rempah, urutan, beras dan sejenisnya. Pada saat hari Ulihan, umat Hindu melaksanakan upacara kecil berupa menghaturkan banten soda pada semua bangunan suci serta melangsungkan persembahyangan.

Sementara menurut Srikanden dalam buku Galungan, hari Ulihan dimaknai sebagai saat untuk mengenang jasa-jasa para leluhur yang telah mendahului kita. Generasi saat ini tentu saja punya kewajiban untuk melanjutkan langkah-langkah perjuangan para leluhur itu, terutama perjuangan yang baik. Pada saat yang sama juga merenungi segala kesalahan sehingga tidak lagi diulangi oleh generasi kini.

Setelah hari raya Ulihan, dilanjutkan dengan hari suci Pemacekan Agung. Hari Pemacekan Agung jatuh pada Soma Kliwon Wuku Kuningan. Menurut Sudarsana, kata pemacekan berasal dari kata pacek yang dapat diberikan arti 'tapa', sedangkan kata agung berarti 'kuat' atau 'teguh'. Karenanya, makna Pemacekan Agung adalah penguatan tapa terhadap godaan dari Sang Kala Tiga sehingga Sang kala Tiga kembali ke sumber-Nya. Dalam pengertian yang lain, Pemacekan Agung sebagai momentum nyomya (pengembalian) kekuatan Sang Kala Tia ke sumbernya.

Pada hari ini dilaksanakan upacara kecil berupa menghaturkan banten soda pada masing-masing pelinggih dan melaksanakan persembahyangan. Setelah selesai matirtha, tirtha tersebut kemudian dipercikkan ke seluruh pekarangan merajan atau rumah. Selanjutnya dihaturkan segehan agung di lebuh disertai dengan api dakep dan tetabuhan arak berem.

Pada Buda Paing Kuningan yakni Rabu (3/4) dilaksanakan piodalan Batara Wisnu. Pelaksanaan upacara dipusatkan di paibon, dadia atau panti. Sarana upakara-nya berupa sirih yang dikapuri putih, hijau, pinang 26 disertai tumpeng hitam serta reruntutannya, bunga-bunga harum.

Artikel dikutip dari www.balisaja.com, Rabu (24/12). 
Share this post :

Post Comment

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2015. Hindu Damai - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
UA-51305274-1