BLITAR, DUMAI - Para
kaum spiritual Hindu yang ingin Bangsa Indonesia kembali berjaya, Sabtu siang
(01/11) menggelar upacara Wedar Hayuning
Penataran, Sesaji Wilujengan Nagari di Kompleks Candi Penataran,
Blitar, Jawa Timur.
Acara
yang dihadiri umat Hindu seluruh belahan nusantara yang dimotori oleh Komunitas
Forum Spiritual Hindu Kabuputan/Kota Blitar. Digelarnya ritual sesaji Hayuning
Penataran dengan sesaji Mahesa Lawung (kerbau bule) dalam rangka Wulujengan Nagari (selamatan negara).
Ritual ini digelar memohon kepada Yang Maha Kuasa agar bangsa ini diingatkan
kembali ke jalan darma yang sudah dicantumkan dalam Pustaka Suci Weda.
Upacara
ini sendiri dilakukan sejak jaman Kerajaan Kediri, Singasari dan Majapahit. Dan
upacara kerajaan ini sempat berhenti di masa Kerajaan Demak Islam selama kurang
lebih 30 tahun, karena tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam
kegiatan upacara ini terdiri dari dua tahapan yakni Dewa yadnya (melakukan korban suci kepada Yang Maha Kuasa), Pitra yadnya (menghadirkan ruh leluhur,
secara atman, agar ikut mendoakan).
Dengan
mengambil Tema 'Wedhar Hayuning
Penataran' karena Candi Penataran merupakan sejarah anak bangsa yang tidak
lekang oleh jaman. Candi Penataran adalah saksi bisu dan saksi nyata, bahwa
ribuan tahun lalu Bangsa Jawa ini telah harum namannya seantero dunia.
"Jati
diri bangsa ini telah merosot, oleh karena itulah dasar acara ini digelar.
Karena menyikapi dan memandang moralitas anak bangsa sudah dari relnya darma,
kemerosotan moral sudah terjadi, penyimpangan moral dirasakan disana-sini,"
kata Drs Yulianto ketua panitia, sekaligus Darma Duta Nusantara seperti dikutip
Merdeka.com, Minggu (2/11).
Ditambahkan
Yulianto, jika kita mau melihat, relief Candi Penataran, disanalah sejarah
Bangsa Jawa ditunjukkan.
"Bangsa Jawa didatangi oleh suku
Inkamaya, Suku Yahudi, Suku Mesir , orang-orang China dan orang-orang Arab yang
belajar tentang pawukon dan dinten pitu pekenan gangsal. Di relief-relief candi
menceritakan kita adalah bangsa yang besar, dan mengapa sekarang menjadi bangsa
yang kerdil," jelasnya.
Atas
dasar tersebut digelarnya acara ini di Candi penataran sebagai momen
kebangkitan kembali kesadaran sebagai bangsa Indonesia.
"Salah
satu bukti kemrosotan Bangsa Jawa adalah mereka malu memakai Bahasa Jawa,
berbusana Jawa. Padahal jika kita paham Jawa dari kata Arjawa yang berarti
jujur, maka seharusnya saat ini kita malu dengan kondisi sekarang ini,"
kata dia.
Yang
menarik dari upacara Wedar Hayuning
Penataran, Sesaji Wilujengan Nagari ini adalah Sapta Maha Rsi Hindu dari Jawa dan Bali membentuk formasi cakra
Wisnu.
"Tahun
2013 kita membentuk formasi Trisula yang juga senjata Mahadewa (Siwa).
Sedangkan tahun ini menggunakan formasi Cakra yang juga senjata Dewa Wisnu.
Kalau dalam Bhagavadgita pemutaran
roda kehidupan itu namannya Cakram. Ia yang tidak ikut memutar roda kehidupan
ini akan tergilas. Kalau tahun lalu kita memohon kekuatan, maka dengan kekuatan
itu memutar roda kehidupan agar tetap mendapatkan tuntutan yang Yang Maha
Kuasa," kata Kolonel (Purn) I Nengah Dana, mantan Sekkum PHDI Pusat yang sekarang
menjabat sebagai Sabhawala (Dewan
Pakar) PHDI Pusat.
Post Comment
+ komentar + 3 komentar
Hindu adalah jati diri nusantara yg sesungguhnya. Damai bersama Hindu.
Shanti Indonesia
Hindu cinta damai
Post a Comment