DENPASAR, DUMAI – Sekitar puluhan mahasiswa yang
tergabung dalam Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) dan Perhimpunan
Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), menggelar aksi demonstrasi Jumat,
10 Oktober 2014, di Gedung DPRD Provinsi Bali di kawasan Renon, Denpasar, Bali.
Mereka
menyatakan dengan tegas sikap penolakannya terhadap pelaksanaan Bali Democracy Forum (BDF) ke VII yang
mulai berlangsung hari ini di Bali
International Convention Center (BICC), di kawasan Nusa Dua.
Koordinator
lapangan aksi demonstrasi mahasiswa, Florentio Don Bosco Heppi, mengatakan
pelaksanaan BDF mengingkari fakta telah terjadinya kemunduran demokrasi di
Indonesia.
"Kalaupun
BDF harus tetap dilaksanakan, semestinya mengevaluasi secara kritis langkah
Presiden SBY dalam membangun demokrasi,” katanya seperti dilansir Tempo.co,
Sabtu (11/10).
Para
mahasiswa menilai presiden SBY sebagai penggagas BDF justru telah mengingkari
demokrasi. Sebab SBY memiliki peran besar meloloskan Undang-Undang tentang
pemilihan kepala daerah yang mengubah sistim pemilihan langsung menjadi
pemilihan oleh DPRD.
Ketua
Pengurus Cabang KMHDI Badung, I Ketut Bagus Arjana Wira Putra, mengatakan
alasan pilkada tak langsung untuk efisiensi anggaran, merupakan argumentasi
yang melukai hati rakyat.
"Penghematan
anggaran pilkada bisa dilakukan dengan menggelar pilkada serentak di seluruh
Indonesia," ujarnya.
Kalaupun
ada kelemahan dalam sistim pilkada secara langsung, mestinya sistimnya yang
harus diperbaiki. Bukan dengan cara memberangus hak pilih rakyat, lalu
diserahkan kepada anggota DPRD.
Post Comment
Post a Comment