DENPASAR, DUMAI –
Koalisi Masyarakat Sipil Bali
menyatakan menolak Bali Democracy Forum (BDF)
2014. Juru bicara Koalisi Masyarakat Sipil Bali, Komang Arya Ganaris mengatakan
dengan sitem demokrasi mamastikan seluruh perangkat pemerintah dan negara
bekerja untuk rakyat. Apa yang dipertontonkan selama ini, di panggung demokrasi
penuh dengan hiruk pikuk, dagelan dan pencitraan para tokoh elit dan politisi.
Democracy Forum (BDF) (beritadewata.com) |
“Malahan, baru-baru ini, peran dan partisipasi rakyat
dalam demokrasi telah di amputasi dengan disahkannya UU No.22 tahun 214 tentang
Pilkada. Dimana pemilihan kepala daerah yang awalnya secara langsung, ternyata
dikembalikan wewenangnya kepada elit politik yang ada di Dewan Perwakilan
Rakyat,”ujarnya, di Denpasar seperti dilansir Beritadewata.com, Jum’at (10/10).
Saat ini, di Tanah Dewata tengah dilangsungkan Bali Civil Society Forum 2014 (BDF
ke-VII) yang mengusung tema ”Democratic
Governance in the Twenty- First Century: the Roles of Civil Society” yang
mengundang organisasi masyarakat sipil untuk bersuara tentang peran masyarakat
sipil bagi demokrasi.
Bali Civil
Society Forum dan Bali Democracy Forum
digelar oleh Institute for Peace and
Democracy. Yang ternyata, kedua forum ini tidak ada relevansinya sedikit
pun terhadap pengembangan demokrasi di Indonesia yang sedang diproyeksi sebagai
role model di Asia.
“Menurut kami, forum ini hanyalah pemanis belaka
dari rezim SBY yang merupakan rezim penganut pencitraan politik secara nasional
maupun internasional.Tetapi, tidak ada sangkut pautnya terhadap kesejahteraan
rakyat ,” ungkapnya.
Tambahnya, forum ini sudah tak layak lagi
diselenggarakan yang sekadar berniat membangun citra politik dengan biaya
tinggi setiap tahunnya. Dengan begitu, untuk pemerintah baru selanjutnya,
diharapkan tidak lagi menggunakan forum-forum seperti BDF yang hanya untuk
rutinitas tahunan tanpa mengubah sesuatu yang pondasional dari hak berdemokrasi
untuk kesejahteraan rakyat.
Post Comment
Post a Comment