Headlines News :
Home » , , , » Menelisik Candi Tempat Meditasi Raja Jawa di Nusantara [Part 2]

Menelisik Candi Tempat Meditasi Raja Jawa di Nusantara [Part 2]

Written By Unknown on Thursday, September 11, 2014 | 2:09 PM

MALANG, DUMAI - Sementara itu, menurut Jero Mangku I Wayan Swarsana, tokoh umat Hindu sekaligus juru kunci di Pasraman Sang Hyang Aji Pasupati, area 'pasraman' yang ada candi Jejawar itu, adalah tempat suci untuk berkomunikasi dengan Tuhan yang kuasa.

"Tempat sembahyang para maha guru maha resi. Tempat sucinya di sini, di Candi Jejawar ini," kata dia sembari menunjukkan reruntuhan Candi Jejawar tersebut.

Untuk menjadi "orang suci", supaya segala permintaannya dikabulkan oleh Tuhan, kata Mangku I Wayan, terlebih dahulu dilakukan penyucian diri dari segala perbuatan tidak baik dan terus melakukan meditasi (yoga) menyambungkan diri kepada Tuhan yang suci.

"Begitu upaya yang dilakukan para maha resi, mpu, yang ada di nusantara serta para raja-raja di Jawa, sebelum Nusantara itu terbentuk. Candi Jejawar ini, tempat suci berkumpulnya para maha resi, setelah membangun Candi Borubudur dan Candi Dieng," kata dia.
 
(Kompas.com)  Reruntuhan Candi Jejawar, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang diyakini oleh umat Hindu sebagai tempat suci para leluhur raja-raja dan maha resi serta Mpu yang membabad tanah jawa.
Berdasarkan sejarah Babad Tanah Jawa, katanya, di Candi Jejawar itulah para maha resi, leluhur para raja Jawa dan mpu, bersembahyang. "Sang Hyang Aji Pasupati, yang memimpinnya. Beliau itu pimpinan dari pandita-pandita di tanah Jawa," kata pria yang sudah 12 tahun menjaga candi Jejawar itu.

Saat itu, Sang Hyang Aji Pasupati, memimpin 16 pandita, yang bertugas merintis tanah Jawa. "Dalam sejarahnya, Candi Jejawar adalah stana Dukuh Ampel Gading atau Sang Hyang Aji Pasupati. Cikal bakal leluhur raja-raja tanah Jawa dan Kutai," kata dia.

Dalam lontar Raja Purana Sesana Candi Supralingga Bhuwana dan lontar Kutarakanda Dewa Purana Bangsul disebutkan, bahwa pada saat Balidwipa (Bali) dan Silaparangdwipa masih dalam keadaan labil, Sang Hyang Aji Pasupati memerintahkan Sang Badawangnala, Sang Ananthaboga, Sang Naga Basukih dan Sang Naga Taksaka untuk memindahkan bagian dari Gunung Semeru dari Jawadwipa ke Balidwipa.

"Setelah tanah Bali stabil, barulah Sang Hyang Aji Pasupati menurunkan tiga putranya, yakni Hyang Gni Jaya, yang berstana di Gunung Lempuyang, Hyang Putranjaya berstana di Gunung Agung dan Hyang Dewi Danuh berstana di Gunung Batur," kata dia.

Ditemukannya 'pasraman' yang menjadi tempat suci Sang Hyang Aji Pasupati berawal dari seorang Pandita bernama Ida Pandita Mpu Nabe Dwi Prama Dharma dari Desa Manggis, Kecamatan Amplapura Bali yang menderita sakit ajaib, seperti dipukul-pukul secara gaib yang dirasakan di sekujur tubuhnya.

"Karena sakit yang tak sembuh-sembuh, beliau menjalani semedi. Dalam semedinya beliau didatangi Sang Hyang Aji Pasupati, yang memerintahkan Ida Pandita untuk memuja dengan menggunakan Siwa Krana. Dari banyak semedi yang dilakukan, didapat pentunjuk melalui gambar gambar pelinggih yang ada di lereng selatan Gunung Semeru," kata dia.

Dari petunjuk tersebut kisah I Wayan, ditemukan 'pasraman' yang di dalamnya terdapat Candi Jejawar tersebut pada tahun 1967 lalu. "Yang tinggal di sini, jika dizinkan akan jadi raja. Jika tidak dizinkan tak akan jadi raja, resi dan mpu. Jejawar artinya "tanah yang maha agung". Semoga lokasi ini nantinya, bisa steril dari sikap yang tidak suci. Nanti akan kita ditanami pohon cemara sedikit demi sedikit di sini," kata dia.

I Wayan juga menegaskan, bahwa reruntuhan candi Jejawar itu, bukan sebuah makam. Karena, selama ini banyak kalangan yang salah tafsir. "Tapi tempat suci Sang Hyang Aji Pasupati, yang buka Nusantara ini. Tapi, tempat ini bukan hanya untuk umat Hinda. Tapi untuk seluruh umat," kata dia.


Namun, dia menyarankan, jika akan masuk ke area 'pasraman' tersebut, harus dalam kondisi harum, sudah mandi, badan dalam kondisi suci. "Karena ini memang tempat suci. Khusus ritual. Jika bukan untuk ritual, saya yakin akan ada peringatan dari yang maha kuasa," tegas dia.
Share this post :

Post Comment

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2015. Hindu Damai - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
UA-51305274-1