MALANG, DUMAI - Sebuah “Pasraman”, tempat belajar ilmu agama bagi
umat Hindu yang dipimpin oleh Sang Hyang Aji Pasupati, maha guru dari para
resi, raja, mpu dan tokoh agama Hindu pada zaman kerjaan Majapahit berada di
Kabupaten Malang, Jawa Timur, tepatnya di Dusun Sukorejo, Desa Mulyoasri.
(Kompas.com) |
Reruntuhan Candi Jejawar, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang diyakini oleh umat Hindu sebagai tempat suci para leluhur raja-raja dan maha resi serta Mpu yang membabad tanah jawa.
Untuk sampai ke lokasi pasraman ini, harus menempuh
perjalanan kurang lebih empat jam, dengan menggunakan sepeda motor, dengan
kondisi jalan tak beraspal. Lokasinya, tepat di lereng Gunung Semeru, hanya
empat kilometer ke puncak gunung tertinggi di Jawa itu.
Di area 'pasraman' tersebut, ditemukan reruntuhan
candi yang kini diberi nama Candi Jejawar. Selain itu pada tahun 1982 lalu,
juga telah ditemukan Arca Dwarapala, yang kini sudah berada di Museum Trowulan.
"Keberadaan reruntuhan bangunan 'pasraman' ini
masih belum diketahui tahunnya. Masih perlu penelitian lebih lanjut," kata
seorang arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa
Timur, Danang Wahyu Utomo, yang ditemui saat acara peletakan batu pertama
pemugaran pura Majapahit di area 'pasraman' seperti dilansir Kompas.com, Kamis (11/9).
Menurut Danang, dia hanya bisa mengomparasi gaya
pahatannya, yang terlihat identik dengan masa kerjaan Majapahit di abad ke 13.
"Sebenarnya ini bukan candi. Tapi, batur
(lantai dasar bangunan) yang di atasnya ada bangunan kayu, seperti pendapa,
yang menjadi tempat istirahat," kata dia.
Danang menduga, area 'pasraman' yang kini diyakini
umat Hindu adalah tempat semedinya para resi, mpu dan leluhur para raja di Jawa
itu, masih masuk halaman dua.
"Jika ada area seperti ini, menurut saya ada
tiga tahap lokasi. Halaman luar, dalam dan tengah. Halaman tengah itu adalah
bangunan suci," kata dia.
Hanya, kata Danang, di area 'pasraman' tersebut
belum ditemukan secara pasti, di mana tempat suci tersebut. "Kemungkinan
tempat suci itu, di tempat yang paling tinggi. Yang ada saat ini, baru pintu
masuk ke tempat suci itu," kata dia.
Biasanya, reruntuhan batur atau lantai dasar itu
adalah gapura sebagai pintu masuk tempat suci. "Karenanya, sekali lagi
memang butuh penelitian lebih lanjut di area 'pasraman' Sang Hyang Aji Pasupati
ini," kata dia lagi.
Harus dicari data lebih detail, mulai dari batas
pagar hingga bangunan di dalam. "Sekarang masih memetakan dan melakukan
zonasi. Lahan mana yang inti dan zona penyangga," ungkap Danang.
Post Comment
Post a Comment