www.lazuardibirru.org |
Menjelang tahun baru 2014 diharapkan dapat membuka
mata lebih jernih. Sekarang, dunia masih boleh dikatakan dalam ketegangan,
kekerasan dan peperangan yang tidak berkesudahan. Seperti ketegangan di jalur
Gaza, antara Israel dengan Palestina belum selesai. Di Suriah peperangan masih
berkecamuk, antara rakyat yang memberontak dengan pemerintahnya.
Di Irak yang
sekarang demokratis, yang baru bebas dari kediktaktoran pemerintahan Sadam
Hussen, masih terjadi ketegangan antar kelompok masyarakat (suku Kurdi dengan
suku Syiah). Juga di beberapa daerah lainnya, masih banyak terjadi ketegangan,
yang ujung-ujung kalau diperhatikan; sebagian besar penyebabnya berkaitan
dengan keagamaan.
Masyarakat agama seharusnya menciptakan kedamaian
serta kesejahteraan, namun ternyata terbalik, agama dijadikan alat untuk
membuat kekuasaan dengan terciptanya kekacauan oleh kelompok yang tentu tidak
sesuai dengan tujuan hakiki agama. Pada agama ada suatu pegangan utama dalam
kehidupan, yaitu untuk memperoleh pedoman hidup yang damai dan berbahagia.
Bila ditinjau secara mendalam, tujuan kehidupan
beragama pada dasarnya hampir sama yaitu semua berkeinginan untuk hidup dalam
kedamaian serta memperoleh kebahagiaan. Tanpa kedamaian tidaklah mungkin akan
berbahagia. Bila tidak bisa berbahagia maka tidaklah mungkin akan memperoleh
sorga, atau memperoleh tempat di sisi-Nya. Bahkan mungkin terjerumus masuk
neraka, tempat alam yang mengerikan itu.
Adanya kesamaan persepsi tentang tujuan agama yang
cinta damai, dan pandangan hidup para tokoh dari berbagai agama yang mendukung
itu, sebenarnya bisa membuat pola pendidikan masyarakat yang damai dan penuh
cinta kasih. Tidak seperti sekarang di antara agama-agama terjadi kecemburuan
sosial Kenapa harus bersitegang, kenapa tidak mengutamakan kesadaran untuk
hidup rukun serta damai, kenapa antarkelompok tidak rukun dan berperang?
Tentu para
tokoh agama bisa menjawab dan menampilkan ide tentang metode menciptakan budaya
kedamaian masyarakat. Selain melalui pendidikan etika-moral yang benar, mungkin
ada pola pendidikan agama di masyarakat yang dapat mendorong peningkatan ajaran
kebajikan dan memproteksi ajaran yang dapat menimbulkan kejahatan. Perlu
disadari hanya dengan melalui lembaga agama peningkatan moral lebih mudah
dicapai, upaya meningkatkan harkat martabat manusia seutuhnya dapat diwujudkan
sempurna.
Kemudian, dengan adanya persamaan dasar tentang
keinginan Tuhan untuk menciptakan damai melalui berbagai aneka-ragam agama,
maka seyogianya semua agama bersatu padu untuk menciptakan damai. Semua tokoh
agama harus merasa punya tanggung jawab untuk kedamaian dan berusaha
menciptakan kedamaian.
Pertama, para
tokoh agama yang mulia itu, harus mau memeras pikiran dan keringat untuk
berjuang demi kemanusiaan. Kedua, mau meluangkan waktu membina dan
mengembangkan kebajikan moral untuk semua umat (manusia). Ketiga, tindakan
tokoh dari semua agama berusaha dapat bertemu, berkumpul dan berdialog dengan
pikiran jernih, guna membahas serta memperbaiki citta moral yang negatif.
Dengan demikian, akan tercipta kedamaian hati
individu dan rasa bahagia di masyarakat. Hal ini tentu akan memberi pengaruh
secara langsung pada martabat negara. Sehingga apabila tiap negara aman, damai
dan berbahagia, maka dunia pun akan jadi damai, dan berbahagialah masyarakat
dunia. Begitu pula, mulialah tokoh agama yang mencetak manusia penuh damai dan
berbahagia.
Post Comment
Post a Comment