Ilustrasi (www.yogapranayama.net) |
DUMAI- Dalam agama Hindu tujuan utama hidup umat manusia
adalah Moksa. Namun sebelum
mencapai Moksa, dalam di dunia
maya ini umat Hindu pastinya harus mencapai kebahagiaan (jagadhita) terlebih dahulu. Untuk kebahagiaan yang sempurna, perlu
“santih” (kedamaian) terlebih dahulu.
Jagadhita takkan hadir jika santih tidak dihadirkan terlebih dahulu.
Darimana datangnya kedamaian dan bagaimana caranya menghadirkan kedamaian?.
Kedamaian datang dari “eling”, kesadaran, awareness.
Sehingga, jika di dunia ini ada kunci yang bisa digunakan untuk segala hal,
maka kunci itu adalah ‘eling’ atau
kesadaran (awareness), dalam Hindu
disebut “Jnana.”
Namun dalam realitanya, sadar lebih sering diucapkan
ketimbang dialami. Kondisi fisik yang sedang terjaga (tidak sedang tidur)
sesungguhnya hanya kesadaran semu, hanya di permukaan. Yang dibutuhkan adalah
kesadaran penuh, luar-dalam, jasmani dan rohani.
Bagaimana caranya agar selalu dalam kondisi sadar
penuh, jasmani dan rohani?
Ketika menghadapi pekerjaan sulit atau menegangkan,
kadang tanpa kita sadari mengeluh “fiuhhh…” atau “huhhhh..” begitu suatu
kesulitan atau ketegangan bisa kita lalui. Hal yang sama juga kerap kita lakukan
usai mendengarkan omelan panjang-lebar
si boss atau komplain dari pelanggan.
Mengapa lenguhan “fiuhhh” itu menimbulkan rasa lega, bisa mengurangi beban dan
bisa bikin lebih santai?
Mungkin banyak aspek yang bisa dieskplorasi di sini,
dari aspek biologis/kedokteran (terkait pasokan oksigen ke otak) misalnya.
Namun, dalam tulisan ini penulis akan melihat dari aspek
spiritualitas/kerohanian, khususnya spiritual Hindu. Ketika melenguh dengan
mengucapkan “fiuhhh” atau “uuuuhhh” atau “ehhhh…” tanpa disadari sesungguhnya
sedang menghembuskan nafas panjang.
Apa hubungan
antara hembusan nafas panjang dengan rasa lega?
Rasa lega dan santai cerminan dari rasa damai.
Kedamaian (meskipun mungkin hanya sesaat) hadir begitu kita dalam kondisi SADAR
SEPENUHNYA. Seseorang berada dalam kondisi sadar penuh hanya jika ROH-nya
benar-benar hadir dan bangkit di dalam dirinya (dalam spiritual ini disebut
“kesadaran roh”.) Dan ROH seseorang hadir sepenuhnya pada saat menghela nafas
panjang, “fiuuhhhh”…. nafas dihembuskan… roh hadir.
Jadi, jika ingin selalu berada dalam kondisi sadar
penuh, jasmani dan rohani, maka roh harus sering-sering dipanggil
(dibangkitkan).
Bagaimana
caranya memanggil/membangkitkan roh kita sendiri?
Tenang semeton, ini tak ada hubungannya dengan
magic, jadi bukan sesuatu yang menakutkan. Justru ini sesuatu yang sangat
mendasar. Mungkin selama ini sudah sering anda lakukan. namun tak pernah anda
sadari atau tak pernah mendapat pemahaman mengapa anda melakukannya.
Pemeluk Hindu telah diajarkan sejak duduk di bangku
Sekolah Dasar. Saat mengambil posisi ‘Pranayama’ menjelang pengucapan Gayatri
Mantram (Tri Sandya), kita melakukan:
1.
Puraka (tarik
nafas), “Om Ang Namah” = Aku (roh)
tiba di dalam tubuh, dan kepada Sang Hyang Brahma sebagai pencipta- aku memberi
hormat.
2.
Kumbhaka
(tahan nafas), “Om Ung Namah” = Aku
(roh) terjaga/bangkit, dan kepada Sang Hyang Wisnu sebagai pembimbing- aku
memberi hormat.
3.
Rechaka (hembuskan
nafas), “Om Mang Namah” = Aku (roh)
pulang dan bebas, kepada Sang Hyang Siwa sebagai pembebas/pelebur- aku memberi
hormat.
Ketiga aktivitas di atas, adalah ritual
membangkitkan roh kita sendiri, sebelum melakukan Puja Trisandya, sehingga
benar-benar hadir dan bangkit, dalam kesadaran penuh; ‘mangda sane ngeragain ring sejeroning angga sarira ngadegin’.
4.
Paramasantih
(usai gayatri mantram), “Om Santih Santih
Santih Om” = Aku (roh) damai; damai di hati, damai di dunia dan damai
selalu, berkat Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Sayangnya, di sekolah kita dianjurkan untuk
menjalankan ritual ini hanya pada saat Puja Tri Sandya. Padahal, aktivitas
menarik dan menghembuskan nafas kita lakukan setiap detik sepanjang hidup,
selama nadi masih berdenyut dan jantung masih berdetak. Tinggal disisipan jeda
(menahan nafas) diantara proses menarik-dan-menghembuskan nafas.
Sisipan jeda diantara tarikan dan hembusan membuat
nafas menjadi lebih pelan, lebih teratur, bahkan ber-tempo/ritme; tarik nafas
perlahan (hadir)-tahan sejenak (terjaga/bangkit)-hembuskan perlahan (pulang dan
bebas)-damai.
Siapapun yang ‘menarik-menahan-menghembuskan’ nafas
dengan segenap kesadarannya, maka rohnya selalu hadir di dalam tubuh dan dalam
kondisi terbangun sepenuhnya. Itu artinya dia senantiasa dalam kesadaran penuh.
Semua mahluk (termasuk anda dan saya) memang selalu
bernafas, selama masih hidup. Hanya saja, ada yang melakukannya dengan
kesadaran dan ada yang tidak.
Saat menginginkan sesuatu secara berlebih
(bernafsu/berambisi), terhadap jabatan misalnya, nafas anda tidak teratur, anda
kehilangan kesadaran roh - Tarik nafas perlahan (aku hadir)-tahan sejank (aku
bangkit)-hembuskan perlahan (aku pulang dan bebas)-aku damai. Roh anda telah
hadir. Anda mulai menyadari bahwa ambisi berlebih itu tidak baik.
Rencana-rencana dan strategi-strategi memenangkan persaingan anda ubah menjadi
kemenangan bagi semua pihak. Tak hanya membebaskan diri sendiri dari ambisi,
anda telah memberi kesempatan orang lain untuk mendapatkan apa yang sangat
mereka butuhkan. Menyadari hal itu maka
anda merasa tenang, bersukur, damai dan bahagia.
Saat dilanda amarah,
nafas anda tidak teratur, anda kehilangan kesadaran roh – Tarik nafas
perlahan (aku hadir)-tahan sejenak (aku bangkit)-hembuskan perlahan (aku pulang
dan bebas)-aku damai. Roh anda sudah
hadir sepenuhnya. Anda mulai sadar bahwa amarah itu bisa merusak, bahkan bisa
menyakiti orang lain. Dengan kesadaran itu anda menurunkan nada suara,
memperlambat ucapan, melembutkan pandangan dan menurunkan kadar emosi secara
keseluruhan, serta menggunakan cara yang lebih persuasif dibandingkan tindakan
agresif. Tak hanya membebaskan diri sendiri dari amarah, anda telah mencegah orang lain
tersakiti. Menyadari hal itu maka anda
merasa tenang, bersukur, damai dan bahagia.
Saat khawatir, nafas anda tidak teratur, anda
kehilangan kesadaran roh – Tarik nafas
perlahan (aku hadir)-tahan (aku bangkit)-hembuskan (aku pulang dan bebas)-aku
damai. Tak hanya membebaskan diri dari kekhawatiran, anda telah membuat
orang-orang disekitar anda tidak panik. Menyadari hal itu maka anda merasa tenang,
bersukur, damai dan bahagia.
Begitu terus, setiap saat, sepanjang hari, minggu,
bulan dan tahun, seumur hidup. Dalam jangka panjang Lakukanlah Pranayama:
1.
“Ang” = Sadari, kita dihadirkan ke dunia
ini (terlahir)—oleh kemurahan hati Brahma—bukan sekedar hadir, melainkan untuk
tujuan tertentu. Ada kewajiban atau ‘swadharma’ yang kita emban. Kesadaran ini
membuat kita merasa lebih berarti.
2.
“Ung” = Sadari, tujuan kita hadir ke
dunia ini adalah untuk menjalani karma, berbuat kebajikan, dan meningkatkan
kualitas spiritual (hidup dan tumbuh dewasa) dengan bimbingan dan kemurahan
hati Wisnu. Kesadaran ini akan membuat pikiran, ucapan dan laku kita senantiasa
menapaki jalan Dharma (=kebenaran).
3.
“Mang” = sadari, bahwa kita berada di
dunia ini hanya untuk sementara, pada waktunya nanti harus siap untuk pulang ke
rumah (meninggal) ketika dipanggil oleh Siwa. Kesadaran ini membuat kita tak
mengkhawatirkan kematian, apalagi mempersoalkan hal-hal yang sifatnya
remeh-temeh.
Mereka yang selalu mau menang sendiri (egonya kelewat
tinggi), ambisinya seolah tak bertepi, amarahnya seolah tak kunjung surut,
selalu khawatir dan gelisah, murung dan bersedih sepanjang waktu, adalah orang-orang yang rohnya tidak
sungguh-sungguh hadir atau tidak terjaga. Sehingga kesadaran mereka hanya
sebatas fisik, tidak penuh. Semoga anda, saya, kita semua, adalah orang-orang
yang memiliki kesadaran penuh, jasmani dan rohani.
Tarik nafas perlahan “Ang” (aku hadir)–Tahan sejenak
“Ung” (aku bangkit)–Hembuskan perlahan “Mang” (aku pulang dan bebas)-Om Santih Santih Santih Om (aku damai) = KESADARAN HIDUP = KUNCI KEDAMAIAN DAN KEBAHAGIAAN
= TRI MURTI. Mencari kunci untuk segala hal? Kita semua sudah dibekali, tinggal
menggunakannya saja. Semoga tujuan kita tercapai.
Post Comment
Post a Comment