Headlines News :
Home » , , , , » "PRANAYAMA" Salah Satu Kunci Mencapai Kedamaian

"PRANAYAMA" Salah Satu Kunci Mencapai Kedamaian

Written By Unknown on Wednesday, July 30, 2014 | 11:52 AM

Ilustrasi (www.yogapranayama.net)
DUMAI- Dalam agama Hindu tujuan utama hidup umat manusia adalah Moksa. Namun sebelum mencapai Moksa, dalam di dunia maya ini umat Hindu pastinya harus mencapai kebahagiaan (jagadhita) terlebih dahulu. Untuk kebahagiaan yang sempurna, perlu “santih” (kedamaian) terlebih dahulu. Jagadhita takkan hadir jika santih tidak dihadirkan terlebih dahulu. Darimana datangnya kedamaian dan bagaimana caranya menghadirkan kedamaian?.

Kedamaian datang dari “eling”, kesadaran, awareness. Sehingga, jika di dunia ini ada kunci yang bisa digunakan untuk segala hal, maka kunci itu adalah ‘eling’ atau kesadaran (awareness), dalam Hindu disebut “Jnana.”

Namun dalam realitanya, sadar lebih sering diucapkan ketimbang dialami. Kondisi fisik yang sedang terjaga (tidak sedang tidur) sesungguhnya hanya kesadaran semu, hanya di permukaan. Yang dibutuhkan adalah kesadaran penuh, luar-dalam, jasmani dan rohani.

Bagaimana caranya agar selalu dalam kondisi sadar penuh, jasmani dan rohani?
Ketika menghadapi pekerjaan sulit atau menegangkan, kadang tanpa kita sadari mengeluh “fiuhhh…” atau “huhhhh..” begitu suatu kesulitan atau ketegangan bisa kita lalui. Hal yang sama juga kerap kita lakukan usai mendengarkan omelan panjang-lebar si boss atau komplain dari pelanggan. Mengapa lenguhan “fiuhhh” itu menimbulkan rasa lega, bisa mengurangi beban dan bisa bikin lebih santai?

Mungkin banyak aspek yang bisa dieskplorasi di sini, dari aspek biologis/kedokteran (terkait pasokan oksigen ke otak) misalnya. Namun, dalam tulisan ini penulis akan melihat dari aspek spiritualitas/kerohanian, khususnya spiritual Hindu. Ketika melenguh dengan mengucapkan “fiuhhh” atau “uuuuhhh” atau “ehhhh…” tanpa disadari sesungguhnya sedang menghembuskan nafas panjang.

Apa hubungan antara hembusan nafas panjang dengan rasa lega?
Rasa lega dan santai cerminan dari rasa damai. Kedamaian (meskipun mungkin hanya sesaat) hadir begitu kita dalam kondisi SADAR SEPENUHNYA. Seseorang berada dalam kondisi sadar penuh hanya jika ROH-nya benar-benar hadir dan bangkit di dalam dirinya (dalam spiritual ini disebut “kesadaran roh”.) Dan ROH seseorang hadir sepenuhnya pada saat menghela nafas panjang, “fiuuhhhh”…. nafas dihembuskan… roh hadir.

Jadi, jika ingin selalu berada dalam kondisi sadar penuh, jasmani dan rohani, maka roh harus sering-sering dipanggil (dibangkitkan).

Bagaimana caranya memanggil/membangkitkan roh kita sendiri?
Tenang semeton, ini tak ada hubungannya dengan magic, jadi bukan sesuatu yang menakutkan. Justru ini sesuatu yang sangat mendasar. Mungkin selama ini sudah sering anda lakukan. namun tak pernah anda sadari atau tak pernah mendapat pemahaman mengapa anda melakukannya.

Pemeluk Hindu telah diajarkan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat mengambil posisi ‘Pranayama’ menjelang pengucapan Gayatri Mantram (Tri Sandya), kita melakukan:
    1.      Puraka (tarik nafas), “Om Ang Namah” = Aku (roh) tiba di dalam tubuh, dan kepada Sang Hyang Brahma sebagai pencipta- aku memberi hormat.
    2.      Kumbhaka (tahan nafas), “Om Ung Namah” = Aku (roh) terjaga/bangkit, dan kepada Sang Hyang Wisnu sebagai pembimbing- aku memberi hormat.
     3.      Rechaka (hembuskan nafas), “Om Mang Namah” = Aku (roh) pulang dan bebas, kepada Sang Hyang Siwa sebagai pembebas/pelebur- aku memberi hormat.

Ketiga aktivitas di atas, adalah ritual membangkitkan roh kita sendiri, sebelum melakukan Puja Trisandya, sehingga benar-benar hadir dan bangkit, dalam kesadaran penuh; ‘mangda sane ngeragain ring sejeroning angga sarira ngadegin’.
    4.       Paramasantih (usai gayatri mantram), “Om Santih Santih Santih Om” = Aku (roh) damai; damai di hati, damai di dunia dan damai selalu, berkat Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Sayangnya, di sekolah kita dianjurkan untuk menjalankan ritual ini hanya pada saat Puja Tri Sandya. Padahal, aktivitas menarik dan menghembuskan nafas kita lakukan setiap detik sepanjang hidup, selama nadi masih berdenyut dan jantung masih berdetak. Tinggal disisipan jeda (menahan nafas) diantara proses menarik-dan-menghembuskan nafas.

Sisipan jeda diantara tarikan dan hembusan membuat nafas menjadi lebih pelan, lebih teratur, bahkan ber-tempo/ritme; tarik nafas perlahan (hadir)-tahan sejenak (terjaga/bangkit)-hembuskan perlahan (pulang dan bebas)-damai.

Siapapun yang ‘menarik-menahan-menghembuskan’ nafas dengan segenap kesadarannya, maka rohnya selalu hadir di dalam tubuh dan dalam kondisi terbangun sepenuhnya. Itu artinya dia senantiasa dalam kesadaran penuh.

Semua mahluk (termasuk anda dan saya) memang selalu bernafas, selama masih hidup. Hanya saja, ada yang melakukannya dengan kesadaran dan ada yang tidak.

Saat menginginkan sesuatu secara berlebih (bernafsu/berambisi), terhadap jabatan misalnya, nafas anda tidak teratur, anda kehilangan kesadaran roh - Tarik nafas perlahan (aku hadir)-tahan sejank (aku bangkit)-hembuskan perlahan (aku pulang dan bebas)-aku damai. Roh anda telah hadir. Anda mulai menyadari bahwa ambisi berlebih itu tidak baik. Rencana-rencana dan strategi-strategi memenangkan persaingan anda ubah menjadi kemenangan bagi semua pihak. Tak hanya membebaskan diri sendiri dari ambisi, anda telah memberi kesempatan orang lain untuk mendapatkan apa yang sangat mereka butuhkan.  Menyadari hal itu maka anda merasa tenang, bersukur, damai dan bahagia.

Saat dilanda amarah,  nafas anda tidak teratur, anda kehilangan kesadaran roh – Tarik nafas perlahan (aku hadir)-tahan sejenak (aku bangkit)-hembuskan perlahan (aku pulang dan bebas)-aku damai.  Roh anda sudah hadir sepenuhnya. Anda mulai sadar bahwa amarah itu bisa merusak, bahkan bisa menyakiti orang lain. Dengan kesadaran itu anda menurunkan nada suara, memperlambat ucapan, melembutkan pandangan dan menurunkan kadar emosi secara keseluruhan, serta menggunakan cara yang lebih persuasif dibandingkan tindakan agresif. Tak hanya membebaskan diri sendiri dari amarah,  anda telah mencegah orang lain tersakiti.  Menyadari hal itu maka anda merasa tenang, bersukur, damai dan bahagia.

Saat khawatir, nafas anda tidak teratur, anda kehilangan kesadaran roh –  Tarik nafas perlahan (aku hadir)-tahan (aku bangkit)-hembuskan (aku pulang dan bebas)-aku damai. Tak hanya membebaskan diri dari kekhawatiran, anda telah membuat orang-orang disekitar anda tidak panik. Menyadari hal itu maka anda merasa tenang, bersukur, damai dan bahagia. 

Begitu terus, setiap saat, sepanjang hari, minggu, bulan dan tahun, seumur hidup. Dalam jangka panjang Lakukanlah Pranayama:
    1.      Ang” = Sadari, kita dihadirkan ke dunia ini (terlahir)—oleh kemurahan hati Brahma—bukan sekedar hadir, melainkan untuk tujuan tertentu. Ada kewajiban atau ‘swadharma’ yang kita emban. Kesadaran ini membuat kita merasa lebih berarti.
   2.      Ung” = Sadari, tujuan kita hadir ke dunia ini adalah untuk menjalani karma, berbuat kebajikan, dan meningkatkan kualitas spiritual (hidup dan tumbuh dewasa) dengan bimbingan dan kemurahan hati Wisnu. Kesadaran ini akan membuat pikiran, ucapan dan laku kita senantiasa menapaki jalan Dharma (=kebenaran).
    3.      Mang” = sadari, bahwa kita berada di dunia ini hanya untuk sementara, pada waktunya nanti harus siap untuk pulang ke rumah (meninggal) ketika dipanggil oleh Siwa. Kesadaran ini membuat kita tak mengkhawatirkan kematian, apalagi mempersoalkan hal-hal yang sifatnya remeh-temeh.

Mereka yang selalu mau menang sendiri (egonya kelewat tinggi), ambisinya seolah tak bertepi, amarahnya seolah tak kunjung surut, selalu khawatir dan gelisah, murung dan bersedih sepanjang waktu,  adalah orang-orang yang rohnya tidak sungguh-sungguh hadir atau tidak terjaga. Sehingga kesadaran mereka hanya sebatas fisik, tidak penuh. Semoga anda, saya, kita semua, adalah orang-orang yang memiliki kesadaran penuh, jasmani dan rohani.


Tarik nafas perlahan “Ang” (aku hadir)–Tahan sejenak “Ung” (aku bangkit)–Hembuskan perlahan “Mang” (aku pulang dan bebas)-Om Santih Santih Santih Om (aku damai) = KESADARAN HIDUP = KUNCI KEDAMAIAN DAN KEBAHAGIAAN = TRI MURTI. Mencari kunci untuk segala hal? Kita semua sudah dibekali, tinggal menggunakannya saja. Semoga tujuan kita tercapai.


Share this post :

Post Comment

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2015. Hindu Damai - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
UA-51305274-1