Headlines News :
Home » , » Menanti Turunnya Spirit Suci (Warna Kuning) ke Bumi Saat Hari Raya Kuningan

Menanti Turunnya Spirit Suci (Warna Kuning) ke Bumi Saat Hari Raya Kuningan

Written By Unknown on Saturday, December 27, 2014 | 10:19 AM

DUMAI - Pemahaman konsep ke-Tuhan-an dalam ajaran Sanatana Dharma, bisa dianalogikan seperti memahami Matahari (Surya) dan cahaya yang dipancarkannya secara statik, dimana kita tahu bahwa cahaya (sinar) yang terdekat dengan sumbernya memiliki energi cahaya yang sangat besar. Semakin jauh maka semakin kecil energinya dan kekuatan cahayanya, hingga pada batas tidak terjangkau sinar alias menuju KEGELAPAN. 

Ilustrasi (FB: Puskor Hindunesia)
Untuk memudahkan ilustrasi tersebut, sebuah gambar ilmiah tentang Spektrum Cahaya Sinar Matahari, mulai dari Sinar Kosmis sampai pada Gelombang Radio (lihat gambar-1). Dari gambar tersebut kita bisa andaikan bahwa Brahman (Parama Atman) adalah sumber dari cahaya itu sendiri atau inti dari Matahari. Kemudian pada tingkat dibawahnya adalah Dewa dengan spektrum konstan yang memiliki energi kekal sebagai manifestasi dari Brahman. Berikutnya diikuti oleh spirit-spirit suci yang bisa kita lihat dalam pandangan mata bathin kita sebagai warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, abu-abu, sampai ke ungu dengan degradasi yang lebih terperinci seperti dalam gambar-2. Semakin ke arah ungu, berarti spirit itu semakin kuat dengan kekuatan Dewa (Div, sinar Brahman).

Nah, kita tidak bahas mengenai detail dari ilustrasi rangkaian spirit yang ada pada semesta ini, sesuai posisi spirit (loka) masing-masing seperti yang tergambar dalam analogi spektrum itu. Kita sebagai manusia (yang memiliki energi yang kecil dan dibungkus oleh karma dan awidya) menjadikan kita berbeda dengan spirit-spirit suci ataupun Dewa itu sendiri. Sehingga kita berada jauh dari sumber cahaya itu sendiri. Sehingga apa yang menjadi tujuan kita adalah MENYATU DENGAN SUMBER ITU (Mokshartham) melalui SIKLUS PANTULAN setiap kali kita mengumpulkan energi PANTULAN dalam kehidupan kita.

Semakin banyak kita melakukan SUBHA KARMA (perbuatan baik), maka akan semakin ringan kita dan semakin BESAR DAYA DORONG kita untuk melakukan LOMPATAN kembali. Begitu juga sebaliknya, semakin besar kita melakukan ASUBHA KARMA (perbuatan buruk - gelap), maka beban kita akan semakin BERAT, bahkan BISA AKAN MENJADI gerakan MUNDUR atau ke spektrum yang lebih rendah. Ini alasan kenapa kemudian dalam kitab suci kita, disebutkan bahwa kita pun bisa "NUMITIS" (ber-reinkarasi) menjadi bukan manusia lagi, saat KARMA BURUK kita lebih dominan.

Kembali ke hari suci Kuningan, kata dasarnya adalah KUNING, yang bisa kita analogikan sebagai gambaran spektrum cahaya warna kuning sebagai tempat roh suci (spirit suci) para leluhur (dalam analogi cahaya Matahari). Pada hari yang kita sucikan ini, kita mohonkan agar Beliau bisa hadir ke bumi. Dengan menggunakan sarana ritual yang kita yakini sebagai sarana untuk menghadirkan Beliau, kita tunjukkan puja bhakti kita. Selain itu, kita juga telah lakukan ritual untuk memberikan JALAN secara eksplisit melalui rangkaian hari suci Galungan. Yang bisa kita andaikan sebagai jalan TOL, dimana jalan TOL tersebut untuk tempat jalan "tedunya" spirit suci itu, yang sudah kita "yasa"-kan dari jauh hari.

Saat inilah waktu yang tepat bagi kita untuk melakukan puja bhakti kehadapan Beliau sebagai manifestasi dari Brahman juga yang dekat dengan kita dan masih sebagai spirit yang bisa kita manusiakan dan bayangkan. Kita juga sering mendengar bahwa "pemuspan" hari suci Kuningan tidak boleh lewat dari tengah hari (kali tepet).

Hal ini sangat masuk akal karena spirit suci adalah spirit dharma (terang) yang memiliki cahaya penerang dan energi tambahan untuk "damuh" (manusia) Beliau. Sehingga proses lewatnya spirit itu akan sangat mudah pada saat terang masih ada, atau sinar matahari masih pada tingkat menguntungkan dan aman. Ini juga kita ketahui kalau pagi hari (sebelum kali tepet) kita berjemur akan sangat berbeda dengan setelah kali tepet. Tarikan energi kegelapan (malam) akan sangat kuat menjadikan manusia akan mudah tergoda oleh energi tersebut.

Pada intinya, kehidupan kita adalah siklus perputaran perbaikan kualitas spirit agar menjadi spirit yang lebih baik hingga mendekati atau sama dengan Brahman. Sumber dari segala sumber spirit. Perbaikan kualitas spirit itu tentunya dilakukan dengan Catur Marga yang sudah kita kenal, dimana secara prinsip kita melakukan lebih banyak SUBHA KARMA (perbuatan baik) sesuai dengan swadharma kita masing-masing. Perlu siklus waktu yang berbeda-beda antar satu manusia dengan manusia yang lainnya, tergantung dari KARMA yang dia perbuat.

Selamat hari suci Kuningan, semoga kita bisa dapat "kauningan" dari spirit suci itu dan tetap diberikan energi kuning sebagai bentuk penguatan spirit kita di dalam. 

Artikel dikutip dari halaman Facebook  Puskor Hindunesia, Sabtu (27/12).



Share this post :

Post Comment

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2015. Hindu Damai - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
UA-51305274-1