DUMAI – Pasca hari raya Saraswati, umat Hindu merayakan hari Banyupinaruh. Biasanya, hari pertama di
wuku Sintha itu diisi dengan kegiatan mandi ke laut pada pagi-pagi buta,
sekitar pukul 04.00. Awam biasa menyebutnya sebagai kegiatan melukat.
Tapi, Banyupinaruh sejatinya bukan sekadar
melukat ke laut di pagi hari. Banyupinaruh
merupakan prosesi akhir dari rangkaian hari suci Saraswati yang sarat
makna. Ada tradisi unik menikmati loloh sad rasa dan nasi pradnyan.
Banyupinaruh berasal dari kata banyu
dan pinaruh. Menurut Ketua Yayasan
Dharma Acarya Denpasar, IB Putu Sudarsana, banyu berarti ‘air’. Air dalam makna
agama adalah tirtha. Tirtha
bersinonim dengan amertha, yakni kehidupan itu sendiri. Kata pinaruh dari akar kata pinih dan weruh.
Pinih berarti ‘utama’, sedangkan weruh berarti ‘pengetahuan atau kecerdasan’.
Dengan demikian, urai Sudarsana dalam buku Ajaran Agama Hindu (Acara Agama),
banyupinaruh merupakan ritual memohon tirtha sebagai kekuatan amertha kepradnyanan
(kecerdasan).
Pada
hakikatnya, Banyupinaruh adalah momentum pembersihan dan penyucian diri. Ilmu
pengetahuan adalah jalan pembersihan dan penyucian diri utama. Melukat dengan
mandi ke laut sejatinya sebagai simbol pembersihan dan penyucian diri. Bukan
hanya laut, danau serta sumber-sumber mata air yang disucikan juga bisa
dijadikan tempat melukat saat Banyupinaruh.
Usai melukat
di laut, danau, sungai atau sumber mata air, umat Hindu biasanya melaksanakan
pembersihan dan penyucian diri lagi di rumah dengan menyiramkan air kumkuman
(air kembang) di kepalanya. Prosesi selanjutnya menghaturkan sesaji rayunan
yasa pada setiap pelinggih serta bersembahyang memohon anugerah kecerdasan dari
Sang Hyang Aji Saraswati.
Yang menarik
dalam ritual Banyupinaruh adanya prosesi minum loloh (jamu) sad rasa (enam
rasa) dan makan nasi pradnyan (nasi kecerdasan) sebagai simbol anugerah ilmu
pengetahuan. Menurut IB Sudarsana, loloh sad rasa terbuat dari segenggam beras
galih (beras yang butirannya masih utuh atau tidak hancur), gamongan, garam
serta air kumkuman kayu cendana. Nasi pradnyan berwujud nasi kuning dilengkapi
dengan lauk panuk, kacang saur, telur, daging ayam, kecarum, mentimun, terung
dan lainnya. Mirip dengan nasi yasa sehingga dinamakan pula nasi yasa
saraswati.
Setelah
menikmati loloh sad rasa dan nasi pradnyan itu, pujawali Saraswati yang
dilaksanakan sejak sehari sebelumnya (hari Saraswati) pun dinyatakan lebar atau
berakhir.
Post Comment
Post a Comment