DUMAI – Hari/Rerainan
Tumpek Landep yang dirayakan oleh
umat Hindu hari ini, Sabtu (18/10) bukan hanya sbegai hari untuk mengupacarai
berbagai jenis senjata tajam, kendaraan, peralatan-peralatan melainkan juga
sebagai makna dan momentum untuk menajamkan "senjata" dalam diri,
yakni kecerdasan dan budi pekerti.
"Senjata
utama manusia itu kecerdasan dan budi pekertinya. Inilah yang harus terus
diasah agar senantiasa tajam sehingga memberi makna dan manfaat dalam
mewujudkan hidup dan kehidupan yang lebih baik," kata Dosen Institut Hindu
Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, I Made Wiradnyana seperti dikutip Balisaja.com,
Sabtu (10/18).
Sedangkan
menurut Ketua PHDI Pusat, I Ketut Wiana, Tumpek Landep merupakan momentum untuk
mengusut-usut diri, menelisik ke dalam diri, sejauh mana telah memiliki
ketajaman pikiran dan nurani sebagai bekal dalam menyelesaikan masalah hidup
dan kehidupan yang datang silih berganti. Ketajaman pikiran diwujudkan dengan
kemampuan mencari solusi atas masalah yang dihadapi, sedangkan ketajaman nurani
diwujudkan dengan sikap simpati dan empati terhadap keadaan orang.
Memang,
menurut Wiradnyana dan Wiana, secara praktis Tumpek Landep diwujudkan dengan
ritual mengupacarai berbagai jenis senjata. Belakangan, umat Hindu Bali juga
mengupacarai kendaraan bermotor yang dimiliki. Namun, ritual itu lebih sebagai
simbol untuk mengingatkan manusia tentang kesejatian ketajaman senjata dan itu
ada di dalam diri.
"Itu
sebabnya, dalam kisah Mahabharata, Arjuna lebih memilih Kresna yang tidak
bersenjata ketimbang ribuan pasukan yang lengkap dengan berbagai senjata. Itu
karena senjata utama dan terbaik bukanlah keris, tombak, pedang atau pun bom
atom, tapi pikiran dan budi manusia yang berlandaskan dharma," kata
Wiradnyana.
Post Comment
Post a Comment