Headlines News :
Home » , , , » Mengupas Manfaat Sarana Yadnya Dalam Siklus Pelestarian Lingkungan Dan Memutar Perekonomian Umat

Mengupas Manfaat Sarana Yadnya Dalam Siklus Pelestarian Lingkungan Dan Memutar Perekonomian Umat

Written By Unknown on Thursday, June 5, 2014 | 7:28 AM

Canang Sari
DUMAI- Yadnya dalam agama Hindu dan ajaran-ajaran tradisi lain diluar Hindu yang masih belum mau bersatu, bermakna sebagai persembahan suci sebagai wujud bhakti kita kepada Hyang Kuasa. Ada berbagai jenis yadnya baik itu persembahan, dana punia, dukungan kemanusiaan, kegiatan sosial maupun aktifitas bhakti lainnya yang dilakukan manusia.

Salah satu bentuk sarana yandya dalam bentuk persembahan yang paling mudah kita temukan adalah sesajen (sesajian) baik dalam bentuk makanan, buah-buahan maupun bunga atau hasil bumi. Di hampir semua ajaran nenek moyang kita baik di jaman pra sejarah, maupun setelah masal pra-sejarah, mereka menggunakan sesajen untuk menunjukkan bhakti, rasa syukur, ucapan terimakasih dan bentuk kasih sayang kepada spirit-spirit suci dan juga Hyang Kuasa.

Baiklah kita kupas, salah satunya, yang banyak dikenal oleh saudara kita Hindu di Bali. Yakni, canang sari. Hampir disetiap titik-titik spiritual kita temukan adanya persembahan berupa canang sari, baik itu di sanggah, merajan, pelangkiran maupun di tempat-tempat tertentu yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya berbagai spirit kehidupan yang tak terlihat.

Canang Sari
Canang sari berasal bahasa Jawa Kuno/Kawi yang terdiri dari kata "Can" (indah, menawan), "Nang" (tujuan) dan "Sari" (inti, sumber, ketulusan pikiran). Sehingga canang sari adalah sebuah bentuk persembahan keindahan (kebahagiaan) manusia yang memiliki maksud untuk menyampaikan ketulusan pikiran kita kepada yang kita berikan persembahan.

Kita tidak akan kupas unsur-unsur yang membentuk canang sari itu, tapi kita akan bahas makna canang sebagai bentuk penyelamatan lingkungan, alam flora dan juga perannya dalam membangun siklus kesejahteraan umatnya.

Pertama, penyelamatan lingkungan, alam flora. Kita tahu, bahwa sebagaian besar bahan dari canang sari berasal dari tumbuh-tumbuhan. Ada janur, sirih, bunga berbagai warna (lima warna utama), semat (dari bambu), daun pandan.

Nenek moyang kita sudah melihat bahwa dengan persembahan seperti ini, secara tidak langsung kita akan berusaha selalu MENANAM POHON pendukung dari unsur tersebut. Janur, kita dapat dari pohon kelapa, yang kita ambil dari pucuk daunnya. Karena manfaat kelapa tidak hanya pada janurnya saja, maka kita diharapkan tetap menanam kelapa tidak cukup satu saja, tapi banyak sehingga saat tanaman satu kita ambil janurnya, masih ada tanaman kelapa yang lainnya yang tumbuh utuh sampai buahnya bisa kita panen dan kita bisa gunakan berbagai keperluan termasuk keperluan yadnya yang membutuhkan kelapa.

Daun Pandan
Demikian juga bunga, bambu, sirih dan pandan, akan terus kita budidayakan dan kita kembangkan. Dengan cara inilah kita bisa menyelamatkan tetap lestarinya tumbuh-tumbuhan pendukung yadnya tersebut.

Canang sari, hanyalah contoh kecil saja untuk sarana upacara yang paling sederhana. Bagaimana kalau sarana upacara yang lebih besar, saat Bhuta Yadnya, Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya dan Pitra Yadnya, atau bahkan Eka Dasa Rudra. tentunya akan lebih banyak lagi kebutuhan untuk memanfaatkan isi alam. Termasuk hewan-hewan langka yang tidak pernah kita lihat dibutuhkan dalam yadnya tersebut.

Apakah ini bukan mengeksploitasi alam? Tentu bukan. Ingat rumus kebutuhan dan ketersediaan (demand dan supply). Setiap ada sesuatu yang kita butuhkan pasti kita akan berusaha untuk menyediakannya. Inilah yang kemudian memacu manusia (kita) untuk sadar dan berusaha menjaga ekosistem itu. Bahkan kalau dipahami secara mendalam, inilah KONSEP PELESTARIAN ALAM yang tak memusnahkan spesies tertentu dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Itu sebabnya kemudian, penting bagi kita untuk tetap memelihara PALEMAHAN agar tetap ada ruang bagi tumbuhan dan hewan untuk hidup dan berkembang.

Dengan berbahan alami seperti itu, dengan sendirinya tidak merusak lingkungan karena setelah menjadi sampah, bahan-bahan alaminya akan mudah terurai dan menjadi humus yang menambah kesuburan tanah.

Kedua, dari sisi ekonomi, sarana Yadnya memberikan dampak yang sudah terbukti kepada kita umat manusia karena disana akan kita temukan konsep saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Sehingga bisa terjadi transaksi yang saling menguntungkan. Bagi mereka yang tidak punya lahan untuk mengembangkan sendiri kebutuhan yadnya itu, maka akan MEMBELI dari mereka yang memilikinya. Dalam hal ini petani diuntungkan, ada jalur distribusi juga diutungkan dan akhirnya kita, sebagai konsumen dan pemakainya pun diuntungkan.

Stiker Sukla dari PHDI
Bahkan, akhir-akhir ini kita temukan banyak sekali usaha-usaha kecil pembuatan canang sari dan banten yang membuka lapangan kerja bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan profesional lainnya. Sayangnya, banyak diantara mereka malah dimanfaatkan orang non Hindu untuk menjadi lahan penghidupan. Padahal ada sisi SUKLA (Suci, Sukla dan Satwika) yang harus mereka ketahui dalam pembuatan canang sari.


Alangkah suatu kebahagiaan bagi kita umat Hindu, menjadi salah satu pewaris ajaran pelestari alam dan membantu bumi ini terbebas dari kekeringan, erosi, gersang dan berbagai pencemaran. Salam Hindu Damai-Dumai. 

Share this post :

Post Comment

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2015. Hindu Damai - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
UA-51305274-1