Ilustrasi (politik.kompasiana.com) |
DUMAI- Berkembangnya isu suku, ras, dan antar
golongan (SARA) menjelang pemilihan umum presiden dan wakil presiden (Pilpres)
2014 mengeruhkan suasana. Model kampanye hitam seperti itu sudah saatnya
dihentikan. Imbauan tersebut datang dari Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi. Ia meminta seluruh pihak yang bersaing dalam
pilpres 2014 agar menghentikan serangan atau manuver politik berbau SARA,
terutama isu agama. Jangan lagi agama menjadi komoditas politik untuk dijadikan
senjata saling menyerang satu sama lain.
Senada dengan pengamat politik dari Institut Agama
Islam Negeri Sumatera Utara Ansari Yamamah meminta tim pemenangan capres dan
cawapres tidak mempolitisasi jargon-jargon agama untuk kepentingan politik
praktis mereka dalam memenangi pilpres 2014. Apapun alasannya, jargon-jargon
agama itu tidak layak menjadi objek politik.
Untuk itu semestinya, maraknya black campaign atau kampanye hitam ini tidak harus di balas dengan
hal yang sama. Tetapi bisa dibalas dengan pesan-pesan dan tindakan positif
sehingga batal dengan sendirinya. Dengan membalas dengan tindakan positif, akan
mengurangi aksi balas membalas kampanye hitam yang akhir-akhir ini banyak
terjadi di media sosial. Kampanye hitam memang harus segera di tanggulangi
karena sangat tidak mendidik rakyat dalam berpolitik dan bahkan sangat
menciderai nilai-nilai demokrasi yang selama ini menjadi kepribadian bangsa
Indonesia.
Oleh karena itu, sangat di harapkan para timses dan
pendukung capres seyogyanya harus lebih bijak lagi dalam melakukan kampanye
kepada masyarakat. Berikanlah pendidikan politik yang baik kepada masyarakat
Indonesia dan wajib hukumnya untuk menghidari kampanye hitam demi melahirkan
pemilu presiden yang berkualitas dan bermatabat sehingga menjadi kebanggaan
tersendiri apabila semua itu terwujud serta dapat di akui oleh dunia.
Post Comment
Post a Comment