Para Sulinggih yang turut dalam Dharma Shanti Nyepi di Art Centre (Suluhbali.co) |
DENPASAR, DUMAI- Perayaan Hari Raya Nyepi telah
menjadi identitas religius cultural masyarakat Bali yang telah diterima dan
dihormati di dunia internasional.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Bali Made Mangku
Pastika dalam acara Dharma Santih memperingati
Hari Raya Nyepi tahun saka 1936,
peringatan 55 tahun PHDI Bali, dan 10 tahun Majelis Desa Pakraman dengan tema
“Ngiring Sareng-sareng Gilik Saguluk Bangkit Bersama Menjadi Terhormat Menuju
Bali Santih” yang digelar di Taman Budaya Art Center, Denpasar, seperti
dilansir Suluhbali.co, Sabtu
(12/4/2014).
Ia juga mengatakan sesuai dengan tema dharma shanti
ini, semangat sagilik saguluk tetap relevan menjadi pedoman bagi seluruh krama
Bali untuk mewujudkan Bali yang santih. Semangat ini akan menuntun krama Bali
menyelesaikan setiap permasalahan kemasyarakatan dan pembangunan yang bijaksana
sehingga tidak menimbulkan gejolak.
“Mereka tidak boleh terpancing oleh isu-isu yang
menyesatkan yang dapat memecahbelah persatuan. Semua permasalahan agar dikelola
dengan semangat dialogis, yaitu saling memberi dan saling menerima serta saling
mendengarkan dan saling memahami sehingga memperkuat kerukunan tersebut menuju
Bali yang santi, Bali yang terhormat,” ungkapnya.
Pastika juga menyampaikan bahwa peranan Parisada
Hindu Dharma Indonesia sebagai representasi para Pembina umat yang “ngayah”
untuk memberikan perhatian, pembinaan dan pengayoman terhadap umat hindu secara
menyeluruh dituntut untuk solid.
“Saya sebutkan ini supaya kita semua meresapi hal
ini. PHDI sebagai lembaga tinggi umat hindu dalam usia yang sudah tergolong
dewasa tetap harus mampu menerapkan pola pembinaan yang kontekstual dan
adaptatif, melalui nilai-nilai dan ajaran agama hindu yang aplikatif dan
sederhana sehingga dapat diterima umat dan tidak membebani umat,” jelasnya.
Lebih lanjut Ia mengungkapkan tentang peranan
Majelis Desa Pakraman dalam usia yang tergolong masih muda sudah berkontribusi
besar dalam pembangunan krama dan daerah Bali.
“Sebagai
partner pemerintah daerah, Majelis Desa Pakraman tidak hanya berkewajiban
memberikan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah daerah, tetapi juga
mengawal kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan terutama
terkait dengan eksistensi desa pakraman serta pelestarian adat dan budaya
secara menyeluruh,” paparnya.
Pastika berharap kegiatan dharma shanti ini dapat
semakin mendamaikan suasana batin umat hindu dan seluruh krama Bali setelah
menyelesaikan rangkaian ritual hari raya nyepi tahun saka 1936.
Post Comment
Post a Comment