PANGKALANBUN, DUMAI
- Sejumlah tokoh Hindu Kaharingan menggelar ritual adat Najar yang bertempat di
Pantai Tanjung Keluang, Kubu, Kalimantan Tengah dengan menghadap laut lokasi
pencarian pesawat AirAsia QZ8501, pada Sabtu (10/1) siang.
Ilustrasi (msulhan.wordpress.com)
Ritual
tersebut terdapat seekor babi, ayam dan nasi kuning menjadi sesaji ritual yang
disebutkan mereka untuk bhuta kala, penunggu
perairan lokasi kejadian. Ritual yang digelar tak lama setelah ekor pesawat
ditemukan itu bertujuan agar ada kemudahan pencarian korban dan pesawat AirAsia
QZ8501.
"Kami
mendoakan agar mendapat kemudahan pencarian pesawat dan jenazah korbannya yang
masih di laut. Kami tahu ada yang mengganggu di laut itu, ada iblisnya. Jadi,
iblisnya kami kasih makan dan kami kasih penjelasan," jelas Lacon, tokoh
Hindu Kaharingan yang memimpin ritual di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun,
Kalteng, seperti dilansir tribunnews.com, Sabtu (10/1) malam.
Lacon dan tokoh adat yang mengenakan ikat kepala (Udeng) khas Hindu Kaharingan berada di
Lanud Iskandar karena hendak melaporkan hasil ritualnya ke Komandan Lanud Iskandar,
Letnan Kolonel Jhonson Hendrico Simatupang.
Lakon
menceritakan, ritual Najar diawali dengan pembacaan doa-doa dan dilanjutkan
dengan pemberian sesajian untuk penunggu Laut Karimata. Dua keranjang berisi
sesajian diletakkan pada satu batang bambu yang ditancapkan di pasir pantai.
"Babi,
ayam dan nasi kuning di dua wadah sesaji itu untuk (membantu) untuk arwah-arwah
yang ingin keluar dari dalam air itu. Babi dan ayam itu sudah dimasak
sebelumnya, tidak dengan garam atau bumbu. Ini menurut ajaran kepercayaan agama
kami harus begitu," kata Lacon.
Menurut
Lacon, ada pertanda baik setelah dirinya dan rombongan menggelar ritual
persembahan sesajian itu. Yakni dengan muncul petir sebanyak dua kali.
"Tadi
setelah kami serahkan sesaji itu, muncul petir dua kali dan sedikit hujan.
Menurut kami, mereka (penunggu Laut Karimata) sudah menerima pemberian kami.
Saat menuju ke sana langit gelap. Tapi, saat tiba dan ritual kami laksanakan,
langit jadi cerah," jelasnya.
Menurut
Lacon, ritual adat ini dilakukan tak terlepas dari sejarah masa lalu.
"Kalau
menurut sejarah kami, di situ ada penghuninya karena saat penjajahan Belanda di
situ banyak yang meninggal. Pesawatnya jatuh di laut itu. Iblisnya (bhuta kala) memang menunggu di situ. Dan
kenyataanya dari berita di tv selalu memberitakan kalau selama dua minggu
pencarian pesawat di laut itu, airnya selalu gelap dan gelombangnya tinggi,"
jelas Lacon.
Lacon
mengaku dirinya dan tiga rekannya ada tokoh dari Hindu Kaharingan berasal dari
Desa Penyembaan, Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Kalteng. Ia dan
rombongan menempuh perjalanan sepanjang 250 Km untuk menuju lokasi ritual. Ia
dan rombongan dari Hindu Kaharingan merasa terpanggil untuk membantu proses
pencarian korban dan badan pesawat AirAsia QZ8501 yang dilakukan oleh tim SAR
gabungan.
"Kegiatan
tadi diminta oleh Danlanud Iskandar untuk mendoakan secara ritual dari desa
kami. Kami mengadakan ritual adat seperti ini kalau ada yang sedang kesulitan
atau mendapat musibah besar. Menurut kepercayaan kami ini untuk memudahkan
kesulitan itu," kata Lacon.
Lacon
berharap ritual adat ini tidak dipandang negatif pihak luar. Sebab, pihaknya
hanya ingin membantu agar pesawat dan jenazah-jenazah bisa ditemukan sehingga
bisa dikembalikan ke keluarga masing-masing.
Post Comment
Post a Comment