Headlines News :
Home » , , , » Sejarah Tradisi "Omed-Omedan"

Sejarah Tradisi "Omed-Omedan"

Written By Unknown on Thursday, April 3, 2014 | 12:05 PM

Omed-Omedan (www.sungaikuantan.com)
DUMAI- Tradisi “Omed-omedan” atau juga disebut “Med-medan” rutin digelar setiap tahun, sehari setelah hari raya Nyepi atau yang disebut sebagai hari Ngembak Geni. Konon, acara ini sudah diwariskan sejak tahun 1900-an dan hanya bisa ditemukan di Banjar Kaja Sesetan. Warga setempat meyakini, bila acara ini tak diselenggarakan, dalam satu tahun mendatang berkah Sang Dewata sulit diharapkan dan berbagai peristiwa buruk akan datang menimpa. Pernah pada 1970-an ditiadakan, tiba-tiba di pelataran Pura terjadi perkelahian dua ekor babi. Mereka terluka dan berdarah-darah, lalu menghilang begitu saja. Peristiwa itu dianggap sebagai pertanda buruk bagi semua warga Banjar.

SEJARAH OMED-OMEDAN
Wayan Sunarya tokoh masyarakat di Banjar Kaja Sesetan menceritakan, tradisi omed-omedan itu merupakan tradisi leluhur yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya ritual ciuman massal itu dilakukan di Puri Oka. Puri Oka merupakan sebuah kerajaan kecil pada zaman penjajahan Belanda.

Ceritanya, pada suatu saat konon raja Puri Oka mengalami sakit keras. Sang raja sudah mencoba berobat ke berbagai tabib tapi tak kunjung sembuh. Sehari setelah Hari Raya Nyepi (saat Ngembak Geni), masyarakat Puri Oka menggelar permainan omed-omedan. Saking antusiasnya, suasana jadi gaduh akibat acara saling rangkul para muda-mudi. Raja Puri Oka yang saat itu sedang sakit pun marah besar karena keriuhan dan keributan yang diakibatkan oleh suara Muda-Mudi yang mengikuti acara Omed-Omedan tersebut. Dengan berjalan terhuyung-huyung raja keluar dan melihat warganya yang sedang rangkul-rangkulan. Anehnya, ketika  melihat adegan yang panas itu, tiba-tiba raja tak lagi merasakan sakitnya. Ajaibnya lagi raja kembali sehat seperti sediakala.

Raja lalu mengeluarkan titah agar omed-omedan harus dilaksanakan tiap tahun sekali, yaitu sehari setelah Hari Raya Nyepi (pada saat Ngembak Geni). Namun pemerintah Belanda yang waktu itu menjajah gerah dengan upacara itu. Belanda pun melarang ritual permainan muda-mudi tersebut. Warga akhirnya tidak menggelar omed-omedan. Namun, setelah omed-omedan tidak dilaksanakan lagi, tiba-tiba ada 2 ekor babi besar berkelahi di tempat omed-omedan biasa digelar. “Akhirnya raja dan rakyat meminta petunjuk kepada leluhur. Setelah itu omed-omedan dilaksanakan kembali sehari setelah Hari Raya Nyepi”, kata Wayan Sunarya.

RUNTUTAN OMED-OMEDAN
(pandejuliana.wordpress.com)
Sebelum memulai tradisi unik ini para peserta omed-omedan yang seluruhnya adalah pemuda dan pemudi melakukan persembahyangan dan doa bersama di pura Banjar yang dipimpin oleh pemangku setempat. Usai berdoa, barulah para peserta membaur ketengah arena disaksikan ribuan warga yang hadir dalam tradisi setahun sekali ini. Sebelum dimulai, peserta dibagi dua kelompok sesuai dengan jenis kelamin dan posisi berlawanan.

Selanjutnya, salah satu dari kedua kelompok pemuda dan pemudi kemudian diarak bergiliran untuk saling berpelukan dan berciuman. Dalam tradisi ini kedua peserta yang diarak ini tidak boleh memilik pasangan yang diciumnya. Aksi berpelukan dan berciuman ini akan dipisahkan setelah para peserta mendapat guyuran air dari panitia.

Bagi para peserta, meski mengaku risih karena berciuman ditempat ramai, namun hal ini dilakukan karena merupakan salah satu tradisi leluhur, sekaligus sebagai hiburan pasca melaksanakan tapa brata penyepian.

Sementara bagi sesepuh desa sendiri selain sebagia salah satu penghormatan terhadap leluhur, tradisi omed-omedan juga sebagai ajang membina hubungan antar sesama warga Banjar tersebut.

OMED-OMEDAN DIFESTIVALKAN
Omed-omedan niscaya bukan tradisi baru usai perayaan Hari Raya Nyepi Tradisi yang sudah berurat akar dalam kehidupan warga Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar, itu tampil dengan wajah baru. Omed-omedan tidak lagi diperagakan melalui adegan komunitas anak muda berlainan jenis yang saling berciuman semata. Tradisi ini didongkrak derajat popularitasnya menjadi sebuah festival.

(gentamudahindu.wordpress.com)
Tradisi ini telah berlangsung ratusan tahun. Omed-omedan dihelat tiaptahun baru saka mulai pukul 15.00 di aula Bale Banjar Kaja. Acaranya dimulai dengan untaian kata prajuru banjar yang diikuti persembahyangan bersama. Lalu, ada dharma santhi atau masima karma serta pentas tarian Bali. Kemudian digelar acara puncaknya berupa omed-omedan di depan bale banjar.Anggapan yang melukiskan tradisi ini sebagai kesempatan kaum muda untuk berciuman di depan masyarakat umum. Tradisi ini hanya merupakan luapan kebahagiaan muda-mudi saat merayakan omed-omedan pada hari ngembak geni.Tradisi langka ini telah dilakoni secara turun-temurun warga masyarakt Banjar Kaja. Warganya merefleksikan tradisi ini sebagai sebuah tradisi yang mengandung nilai religiusitas, persatuan dan kesatuan, etika, dan estetika.Oleh karena itu, tradisi ini meruapakn warisan adiluhung leluluhur yang akan tetap dilestarikan,Para tokoh dan warga Banjar Kaja pun mulai berusaha mendongkrak citra tradisi ini. Kemasan perlehatannya tidak lagi dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya.Tradisi ini dijadikan sebuah festival.

Komunitas teruna-teruni banjarnya menjadi tulang punggung kerja adat ini.kegiatan tradisi omed-omedan ini memang dipercayakan manajemen pelaksanaannya kepada kalangan teruna-teruni. Kalangan anak muda banjar ini diberikan tanggung jawab untuk mengemasnya menjadi sebuah perhelatan yang makin menarik, tetapi tidak menghilangkan kekhasan dan spiritnya.Kemasan festival dalam menggelar tradisi omed-omedan tahun ini pun dupayakan agar tetap berada dalam ciri khasnya itu.Sebagai sebuah festival, tradisi itu dilengkapi pelaksanaannya dnegan pembukaan pasar rakyat. Pasar rakyat ini memamerkan karya home industry warga Banjar Kaja,makanan khas tradisional Bali, termasuk beragam produk lainnya.Upaya Pemerintah Kota Denpasar untuk menjadikan tradisi ini sebagai salah satu ikon Kota Denpasar direspons positif. Namun, manajemen tradisi ini akan terus dibenahi.


Sumber Klik Disini
Share this post :

Post Comment

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2015. Hindu Damai - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
UA-51305274-1