BADUNG, DUMAI -
Warga Desa Adat Kapal, Mengwi, Kabupaten Badung, Bali mempunyai tradisi ritual yang
khas dan unik yang disebut tradisi perang
ketupat. Tradisi turun temurun yang tidak bisa ditemui didaerah lain di
Pulau Dewata itu tentu saja menjadi tontonan warga dan wisatawan mancanegara.
Sebelum
perang ketupat dimulai, seluruh warga desa terlebih dahulu sembahyang bersama
dipura setempat. Usai berdoa, ratusan warga kemudian saling berhadap-hadapan
dan mereka bersiap untuk berperang.
Begitu
aba-aba diberikan, mereka kemudian langsung bertempur. Saling lempar kelompok
yang berhadapan dengan amunisi ketupat. Meski hanya tradisi, namun mereka
seperti berperang sungguhan, ada yang menyerang, ada pula yang bertahan. Ribuan
ketupat melayang di udara. Bahkan tak sedikit peserta yang terkena lemparan
ketupat.
"Perang
ketupat ini tiap tahun digelar. Kami menjaga tradisi ini. Dalam tradisi ini
tidak ada marah dan dendam," tutur Made Alit salah satu peserta perang
ketupat, seperti dilansir Beritabali.com, Kamis (16/10).
Tradisi
ini tentu saja menjadi perhatian warga dan daya tarik tersendiri wisatawan
mancanegara. Bahkan, tak sedikit wisatawan yang menyaksikan terkena lemparan
dan mereka ikut balik melempar ke kerumunan peserta.
Uniknya,
usai berperang para peserta dari kedua belah pihak yang tadi berperang kemudian
bercengkrama dan saling bersalaman. Selanjutnya, mereka pun ramai-ramai membersihkan
jalan raya yang dipakai sebagai arena perang yang dipenuhi dengan ketupat.
Perang
ketupat yang sering disebut juga dengan Aci Rah Pengangon ini merupakan
bentuk ungkapan terima kasih dan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada sang
pencipta Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala limpahan rezekinya.
Upacara
ini merupakan salah satu peninggalan dari leluhur masyarakat Bali yang masih
dipertahankan hingga kini dan dirayakan secara konsisten dari generasi ke
generasi. Upacara perang ketupat ini pertama kali diadakan pada abad ke-13
Masehi.
Post Comment
Post a Comment