DUMAI – Beberapa puluhan tahun
silam tepatnya pada 17 Februari 1955, Presiden Sukarno menggelar sebuah
sayembara terbuka tentang desain sebuah tugu yang akan dibangun di Jakarta.
Sayembara ditutup pada Mei 1956 dan ada 51 arsitek yang mengajukan rancangan,
dan hanya satu yang dipilih yaitu karya Frederich Silaban, meski sebenarnya
desainnya dinilai tak memenuhi syarat bangunan tugu.
Tugu Monas tempo dulu (edukasi.kompasiana.com)
Seperti
dikutip detik.com, Jum’at (03/04), sayembara yang digelar Presiden Soekarno kembali
dibuka pada 10-15 Mei 1960. Kali ini pesertanya mencapai 222 orang dengan 136
desain bangunan. Namun, tak ada satu pun yang memenuhi keinginan Sukarno. Waktu
itu arsitek lulusan Technische Hogeschoolkini Institut Teknologi Bandungitu
menginginkan bangunan tugu yang mencerminkan revolusi serta kepribadian dan
cita-cita rakyat Indonesia.
"(Bangunan)
yang mencerminkan hal yang bergerak, yang dinamis dalam satu bentuk daripada
materi yang mati”, kata Sukarno waktu itu, seperti dikutip dalam buku Bung
Karno Sang Arsitek karya Yuke Ardhiati.
Presiden
Sukarno mengakui sulitnya mewujudkan ide itu dalam bentuk desain bangunan di hadapan
peserta sayembara,. Akhirnya, rancangan yang pernah diajukan Silaban diambil
alih oleh Sukarno dan Raden Mas Soedarsono untuk dimodifikasi. Hasilnya,
jadilah Tugu Monumen Nasional atau Monas seperti yang sekarang ini.
Tugu
Monas mulai dibangun pada 17 Agustus 1961 dan memiliki ketinggian 132 meter
dengan bentuk menyerupai modifikasi artefak Lingga dan Yoni. Lingga merupakan
simbol kejantanan seorang pria (phallus), dan Yoni sebagai simbol perempuan
atau kesuburan.
Ilustrasi
Presiden
Sukarno mendapat inspirasi tersebut dari artefak yang ada di Candi Sukuh di
Karanganyar, Jawa Tengah. Dia menyebut Candi Sukuh merupakan salah satu monumen
yang dibangun pada zaman Hindu. Pada waktu itu, monumen-monumen itu pencerminan
dari jiwa besar Indonesia, kata Sukarno dalam pidato saat peletakan batu
pertama pembangunan Masjid Istiqlal, 24 Agustus 1961.
Arsitek
Yuke Ardhiati menyebut karya-karya arsitektur Sukarno banyak menonjolkan sisi
keindonesiaan. Tentunya keindonesiaan pada zamannya. Di Tugu Monas, misalnya,
semangat perjuangan Indonesia yang tak pernah padam dilambangkan dalam simbol
api di puncaknya.
Post Comment
+ komentar + 3 komentar
Yuk teman-teman Pecinta Bola Dukung Team Jagoan Kalian di www(dot)updatebetting(dot)co
bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
bosan tidak tahu mesti mengerjain apa..
ayo di coba keberuntungannya bersama dengan kami
dan menangkan uang jutaan rupiah hanya bersama dengan i|o|n|q|q
Post a Comment