Headlines News :
Home » , » Desa di Bali Ini Menarik Para Wisatawan Sekaligus Lestarikan Lingkungan

Desa di Bali Ini Menarik Para Wisatawan Sekaligus Lestarikan Lingkungan

Written By Unknown on Monday, February 16, 2015 | 8:47 AM

DUMAI Fenomena terjadi atas nama peningkatan pariwisata, pemerintah dan pengusaha berkolaborasi menyulap kawasan menjadi hotel, restoran sampai beragam fasilitas pendukung di Bali. Lingkungan dan wargapun banyak terancam dengan ide menjadikan kawasan ‘keren’ ini. Namun, konsep berbeda dilakukan empat desa pada tiga kabupaten di Bali ini. Mereka membuat jaringan wisata berkelanjutan dan berharap menikmati kue manis pariwisata, sekaligus berusaha menjaga melestarikan lingkungan.
Sawah milik petani menjadi salah satu keindahan desa bagi turis yang datang (www.mongabay.co.id)
Desa-desa yang tergabung dalam Jaringan Ekowisata Desa (JED) ini adalah Tenganan dan Sibetan (Kabupaten Karangasem), Plaga (Kabupaten Badung), dan Nusa Ceningan (Kabupaten Klungkung).

Sejak 2002, keempat desa mengelola ekowisata yang menjadi pariwisata alternatif juga upaya menyelamatkan lingkungan. Desa-desa ini didampingi lembaga swadaya masyarakat (LSM) Yayasan Wisnu. JED dikoordinir dari kantor mereka di Kerobokan, Kuta Utara dan dikelola dengan manajemen profesional.

“Pemilik JED warga desa seperti kami. Sejak awal kami bersama Yayasan Wisnu merencanakan dan menjalankan ekowisata desa,” ujar I Nyoman Sujana, warga Banjar Dukuh, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem seperti dikutip mongabay.co.id, Senin (16/2).

Perencanaan itu, katanya, termasuk membuat peta dan tata ruang desa hingga warga bisa membuat zonasi, bagian mana boleh pariwisata dan tidak. Papan itu ditempel di desa sebagai panduan warga termasuk keperluan pariwisata.

Di Banjar Dukuh, terdapat sekitar 150 hektar lahan dengan 90% kebun salak. Kebun-kebun itulah yang menjadi daya tarik utama turis di desa berjarak sekitar 70 km dari Denpasar ini.

Dalam pariwisata berkelanjutan ini, turis diajak menikmati produk andalan desa itu, misal Plaga terkenal dengan kopi organik, dan Tenganan sebagai desa tua atau Bali Aga. Lalu, Nusa Ceningan sebagai wisata pantai. Komoditas-komoditas itulah, obyek utama ekowisata masing-masing desa.

Menurut Sujana, ekowisata merupakan pariwisata untuk melestarikan lingkungan Bali. Dalam pariwisata massal, banyak alih fungsi lahan misal kebun atau sawah berganti jadi hotel dan vila. Kepemilikan lahan berpindah tangan. “Dalam ekowisata, banyak hal harus diikuti seperti tidak boleh membangun hotel di kawasan tertentu, menggunakan alam, serta tidak mengejar keuntungan semata,” katanya.

Empat desa ini pun ada aturan,  bahwa warga lokal tidak boleh menjual tanah kepada pihak lain. Dengan begitu, mereka berusaha anak cucu tidak tergusur dari desa sendiri.

Meskipun berjalan sekitar 13 tahun, program JED ini masih samar-samar terdengar di antara gemerlap pariwisata Bali. Contoh, turis tiap tahun fluktuatif. Lima tahun terakhir naik turun, pada 2010 ada 325 wisatawan, 2011 (329), 2012 (444), 2013 (438), dan tahun lalu 360 0rang. Jumlah ini, sangat kecil dibandingkan turis berkunjung ke Bali 2014 hampir 3,5 juta. Tak hanya itu, perhatian dan dukungan pelaku industri pariwisata di Bali juga minim. Seharusnya, ada kolaborasi antara industri pariwisata terhadap ekowisata ini.
“Saya kira sejauh ini masih belum signifikan karena orang-orang yang memiliki kesadaran pengelolaan ekowisata belum banyak. Kita sudah dari 2002 sampai sekarang terasa bergerak sendiri.”

Tantangan paling sulit, katanya, mengubah pola pikir dan pengorbanan waktu untuk mengembangkan ekowisata ini. “Seharusnya, pemangku kebijakan, pelaku pariwasata yang mengeruk keuntungan di Bali dan masyarakat memiliki visi dan tujuan sama bagaimana mengelola pulau kecil ini bisa sustainable in any way.”

Menurut dia, seharusnya, hotel-hotel besar di Bali mendampingi ekowisata desa, misal, lewat dana tanggung jawab sosial. Hotel-hotel besar bisa memasarkan ekowisata desa hingga budaya dan pelestarian alam desa menjadi hidup.


Share this post :

Post Comment

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2015. Hindu Damai - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
UA-51305274-1