VATIKAN, DUMAI – Pertama kali dalam
sejarah manusia, otoritas tingkat tinggi dari Gereja Katolik, Anglikan, dan
Gereja Ortodoks bersama-sama dengan para pemimpin Budha, Hindu, Yahudi, dan
Islam bertemu untuk menandai sebuah komitmen bersama melawan perbudakan modern. Bagi para pemuka agama ini
perbudakan modern sebagai sebuah kejahatan melawan kemanusiaan.
Pemimpin
Agama Dunia bertemu di Vatikan (icrp-online.org)
“Kami
memandang bahwa setiap tindakan yang memperlakukan yang lain dengan tidak
setara sebagai kejahatan yang mengerikan,” ujar Paus Fransiskus yang mewakili
Gereja Katolik.
“Tuhan
adalah sebuah cinta yang dimanifestasikan ke dalam tiap manusia, setiap orang
adalah setara dan harus mendapatkan harga diri dan kebebasan yang sama,” tadas Pemimpin
Gereja Katolik asal Argentina ini.
Menurut
Paus Fransiskus, menolak kenyataan bahwa manifestasi dari cinta Tuhan itu
merupakan sebuah kejahatan yang keji. Dewasa ini dalam pandangannya
kejahatan keji itu berwujud pada bentuk
perbudakan modern yang korbannya
kebanyakan adalah orang-orang miskin.
Setelah
Paus Francis, para pemuka agama lainnya memberikan pandangannya, dimulai oleh
Guru India, Mata Amritanandamayi, atau yang lebih dikenal dengan Amma yang
berarti ibu dalam bahasa Hindi. “Melenyapkan nyawa orang lain merupakan
tindakan yang melawan pemberian tuhan,” ucap Amma yang duduk di samping Paus
Fransiskus.
“Kita
perlu mengembangkan empati, mendorong ketuhanan dalam tiap diri untuk
direalisasikan. Berkenaan dengan korban perdagangan manusia, kita perlu membuat
sebuah pendidikan praktis yang akan membantu mereka mengembangkan kesadaran
yang lebih besar. Kita perlu membangkitkan keyakinan pada diri mereka agar
mereka bisa bangkit kembali. Mereka harus menyadari bahwa mereka bukanlah pihak
yang lemah dan tak berdaya. Kita perlu mengembangkan budaya cinta,” sambung
Amma.
Sementara
itu, ulama Syiah dari Irak, Ayatollah Syeikh Basheer Hussain al Najafi
mengaitkan perbudakan modern dengan wabah terorisme. “Perbudakan modern adalah
sebuah fenomena sosial yang buruk, sebuah cara menyebarkan terror di
masyarakat. Prostitusi, sebagaimana perdagangan organ manusia, adalah illegal
dan harus dienyahkan. Sistem (politik dan sosial) perlu bertanggung jawab atas
penyakit-penyakit sosial ini. Karena sistem-sistem ini tidak berhasil
melindungi hak-hak manusia,” ucap Ayatollah ini.
Aktor
dibalik pertemuan akbar yang menghadirkan Paus Fransiskus, Grand Ayatollah
Mohammad Taqi Al-Modarresi, Mata Amritanandamayi (ia seorang pemimpin spiritual
Hindu), Bhikuni Thich Nu Chan Khong (mewakil Master Zen Thich Nhat Hanh), ialah
Global Freedom Network (GFN).
GFN
merupakan jaringan berbasis agama di dunia yang didirikan tahun ini dengan
tujuan mengenyahkan perbudakan modern dalam bentuk apapun, mulai dari tenaga
kerja anak, prostitusi, penjualan organ tubuh, hingga tindakan-tindakan yang
melecehkan harga diri dan kemanusiaan dari setiap insan. Acara ini berlangsung pada 2
Desember 2014 lalu di
Vatikan seperti dilansir icrp-online.org,
Jum’at (12/12).
Post Comment
Post a Comment