Ilustrasi |
DUMAI- Polemik tiada hentinya menyangkut pencabutan
Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 1727/01-B/HK/2013 tentang Izin Studi
Kelayakan Rencana Pemanfaatan, Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Perairan
Teluk Benoa tertanggal 16 Agustus 2013 yang diberikan kepada PT TWBI terus
bergulir. Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika ngotot SK itu otomatis gugur
setelah studi kelayakan dari Unud menyatakan reklamasi Teluk Benoa tidak layak
sehingga SK tak perlu dicabut. Pihak kontra menilai pencabutan tetap harus
dilakukan.
Selain soal SK Nomor 1727, publik Bali juga disedot
perhatiannya dengan polemik penetapan Besakih sebagai Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN). Gubernur menyebut penetapan Besakih sebagai KSPN
akan memberikan dampak positif bagi upaya menjaga dan meningkatkan kualitas
kawasan Besakih. Pihak kontra berpendapat penetapan KSPN itu akan menjadi pintu
masuk investasi hitam di kawasan Besakih yang disucikan orang Bali. Gubernur
Pastika akhirnya memutuskan mengajukan penundaan seluruh KSPN di Bali.
Orang Bali memang pantas menyikapi kritis dua hal
ini. Bukan semata soal kecurigaan berlebihan, tetapi sikap waspada untuk
menjamin Bali tak kebobolan lagi. Sudah sering terjadi, Bali ditekuk dengan
suatu produk hukum atau kontrak-kontrak yang dihiasi bahasa-bahasa indah nan
menawan tetapi di baliknya terselip kepentingan terselubung.
Sejarah pun sejak lama mengajarkan Bali betapa
selembar kertas bisa berdampak dahsyat bagi Bali. Bali memiliki sejarah kelam
dalam hal penandatanganan kontrak politik. Malah, tak keliru jika dikatakan,
ditekuknya Bali oleh penjajah Belanda berawal dari kontrak politik yang diteken
raja-raja Bali di masa lalu bersama pemerintah Hindia Belanda.
Kontrak politik pertama antara raja-raja Bali dengan
Belanda ditandatangani Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Pemecutan pada bulan
Desember 1826. Perjanjian itu pada intinya memuat tentang pencarian serdadu
untuk Belanda yang wajib disediakan oleh Raja Badung. Dari sinilah kemudian
pengiriman budak-budak Bali untuk dimanfaatkan sebagai serdadu Belanda dimulai.
Kontrak politik yang kemudian membawa konsekwensi
serius terhadap kedaulatan dan kemerdekaan Raja-raja Bali adalah kontrak
politik yang ditandatangani tahun 1841. Atas siasat Komisaris Pemerintah Hindia
Belanda di Bali, Huskus Koopman, Raja Karangasem, Raja Buleleng serta Raja
Klungkung. Dalam perjanjian itu tersebut antara lain dinyatakan bahwa kerajaan
mereka (raja-raja Bali) adalah milik Pemerintah Hindia Belanda dan berjanji
tidak akan menyerahkan kerajaan itu kepada penguasa asing kulit putih lain dan
tidak akan mengizinkan pengibaran bendera lain kecuali bendera Belanda di atas
wilayah kerajaan-kerajaan tersebut.
Ida Anak Agung Gde Agung dalam buku Bali Abad XIX,
kesediaan raja-raja Bali itu meneken perjanjian yang secara prinsip
menghilangkan kedaulatan raja-raja itu sendiri atas wilayah kerajaannya karena
Huskus Koopman menggunakan janji-janji muluk terutama berkaitan dengan bantuan
militer bagi Dewa Agung Klungkung yang saat itu hendak menyerang Lombok. Selain
itu, Gde Agung menilai Huskus Koopman telah dengan sangat licik memanfaatkan
tata krama adat Bali. Memang, seabad sebelumnya, Raja Gelgel pernah mengirimkan
surat kepada Pangeran Maurits di Belanda bahwa kerajaan Bali dan Belanda
sesungguhnya satu.
Pernyataan ini dimaknai secara politis oleh Belanda.
Padahal, itu hanya ungkapan basi-basi penghormatan orang Bali terhadap tamu.
Ungkapan itu hanya pameo kehormatan sebagai suatu tanda persahabatan yang akrab
antara mereka dengan Komisaris Pemerintah Huskus Koopman sebagaimana lazim
diucapkan oleh dua orang Bali yang bersahabat tanpa ada
konsekuensi-konsekuensinya. Sederhannya, ungkapan itu bagi raja-raja Bali tidak
memiliki arti politis dan tidak mempunyai konsekwensi ketatanegaraan.
Namun, jarum sejarah kemudian membuktikan bagaimana
perjanjian itu digunakan Belanda untuk membenarkan tindakannya menyerang
Buleleng. Dipicu oleh masalah perampasan kapal Mayang di pelabuhan Jembrana
yang saat itu dikuasai Buleleng, Belanda mulai menggunakan perjanjian soal
pengakuan kedaulatan itu untuk menekan Buleleng. Terang saja Raja Buleleng yang
didukung adipati agung, I Gusti Ketut Jelantik berang. Bahkan, sumber-sumber
Belanda menyebut bagaimana gagah beraninya Gusti Ketut Jelantik menentang usaha
Belanda untuk menguasai Buleleng dengan dasar kontrak politik beberapa tahun
sebelumnya.
Oleh Komisaris Pemerintah J.F.T. Mayor dalam laporan
yang disampaikan kepada Gubernur Jenderal di Batavia ditulis suatu kalimat
sebagai berikut. “Tidak akan pernah demikian, kata Gusti Ketut Jelantik dengan
penuh kejengkelan sambil memukul dadanya dengan kepalan tangan, sedang matanya
berkilauan karena kemarahannya, dan dengan berapi-api sekali lagi ditegaskan
bahwa selama saya hidup kerajaan ini tidak akan pernah mengakui kedaulatan
Belanda sebagaimana diartikan oleh Pemerintah Tuan. Sesudah saya meninggal
dunia Raja dapat bertindak sesuai dengan keinginannya. Orang tidak bisa dengan
tiba-tiba begitu saja menguasai negeri orang lain hanya dengan sarana selehai
kertas. Hal itu terlebih dahulu harus diselesaikan oleh ujung keris..”
Penentangan Gusti Ketut Jelantik kemudian tercatat
dalam sejarah membuahkan pengiriman ekspedisi militer Belanda ke Buleleng. Para
Perang Jagaraga pertama Belanda berhasil dipukul mundur. Kemenangan laskar
Buleleng ini bahkan membuat geger Negeri Belanda. Baru pada ekspedisi miluter
kedua Buleleng berhasil dikuasai Belanda dan Raja Buleleng serta Gusti Ketut
Jelantik dikabarkan meninggal dunia dalam pelariannya. Kekalahan laskar
Buleleng itu sebetulnya lebih dipicu oleh ketidakkompakan raja-raja Bali untuk
mendukung Gusti Ketut Jelantik.
Gusti Ketut Jelantik tidak hanya memberikan kita pelajaran
tentang kegagahan dan keberanian menghadapi serangan militer Belanda, tetapi
juga kecerdasan dalam membaca siasat Belanda. Seandainya tidak ada kecerdasan
semacam itu, mungkin bunyi perjanjian itu bakal diikuti sesuai kemauan Belanda.
Maka, waspadalah!
Post Comment
+ komentar + 1 komentar
Sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan..trimakasih gan.......
jangan lupa mampir di web saya ya......
- Jual Penirum Di Bali
- Agen Penirum Di Bali
- Distributor Penirum Di Bali
- Toko Penirum Di Bali
- Alamat Penirum Di Bali
Post a Comment