DENPASAR, DUMAI -
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali mengharapkan ke depan ada
dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di daerah itu yang diarahkan untuk
bidang kebudayaan.
I
Gusti Ngurah Sudiana (sman4dps.sch.id)
"Selama
ini belum pernah ada CSR untuk budaya, padahal daya tarik Bali itu bagi
wisatawan dari sisi budaya," ujar Ketua PHDI Provinsi Bali, Dr I Gusti
Ngurah Sudiana dalam dialog bertajuk "Apakah Upacara Agama Mempengaruhi
Kemiskinan di Bali", di Denpasar seperti dilansir antaranews.com, Kamis (8/1).
Menurut
Sudiana, dengan dana CSR yang difokuskan untuk bidang kebudayaan itu,
selanjutnya dapat diarahkan untuk membantu kegiatan adat dan budaya masyarakat
Bali.
Ia
menuturkan, kharisma Bali dapat terjaga karena selama ini masyarakat tetap
melestarikan adat dan budaya yang kemudian di implementasikan melalui kegiatan
ritual keagamaan.
Di
sisi lain, kata Sudiana, soal adanya pandangan yang menyebutkan pelaksanaan
ritual keagamaan di Bali memberatkan umat, sesungguhnya tidaklah benar karena
sudah terbagi dalam berbagai tingkatan yang dipilih umat.
"Kalau bagi yang tidak mampu, jangan
memaksakan diri untuk menggelar tingkatan agung (tertinggi)," tegasnya.
Selain
itu, umat Hindu sebaiknya juga memahami bahwa untuk berbakti pada Tuhan dapat
ditempuh melalui empat jalan (Catur Marga). Tidak hanya lewat ritual, tetapi
juga bisa lewat pendidikan, kerja dan yoga.
PHDI
sebelumnya juga sudah mengeluarkan keputusan pada 1998, tentang pelaksanaan
upacara yang dapat dilakukan secara massal, seperti halnya dalam upacara
Ngaben. Pihaknya sepakat ke depan diperlukan upaya pencerahan yang lebih
intensif pada umat sehingga dapat melaksanakan ritual sesuai dengan kemampuan.
Post Comment
Post a Comment