DENPASAR, DUMAI -
Nasi Jinggo sudah menjadi ciri khas nasi rakyat yang fenomenal. Kenyataannnya,
nasi jinggo hingga kini memiliki kesan nasi rakyat, nasi sederhana, murah dan
meriah. Seperti yang diungkapkan penjual nasi jinggo asal Denpasar, Bali,
Nengah Surati (54).
“Kalau
zaman dulu sih yang namanya nasi jinggo itu nasinya para sopir, buruh bangunan,
buruh 'suwun' (tukang panggul). Harganya murah, pertama kali 'tiang' (saya)
jualan nasi jinggo hanya seribu rupiah per bungkus, dulu sekali, lupa
tahunnya,” ujar Nengah Surati, di Denpasar seperti dilansir tribunnews.com , Kamis (22/1).
Surati
menjelaskan, nasi jinggo setiap harinya bisa dijual di sepanjang jalan, warung
lesehan ataupun angkringan. Harganya juga beragam, antara Rp 3.000 hingga Rp
5.000 tergantung lauk pauknya. Tapi jika nasi jinggo akan disuguhkan dalam
acara arisan, kawinan, potong gigi atau acara apa pun di Bali, harga
disesuaikan permintaan pembeli dengan porsi yang layak dan harganya bisa
mencapai Rp 10.000.
“Kalau
yang dijual di jalan-jalan rata-rata harganya Rp 3.000. Tapi kalau ada pesanan
dengan isinya yang banyak, ya harganya berbeda. Biasanya 'tiang' (saya) kasih
harga Rp 10.000 dengan lauknya yang lebih banyak, biasanya ada tambahan sate
lilit,” jelasnya.
Yang
menjadi ciri khas nasi jinggo adalah nasi bungkus daun pisang dengan isi nasi
yang pulen, sedikit daging ayam, sambal goreng tempe dan sambal yang super
pedas.
Tapi
jika nasi jinggo pesanan dengan harga lebih mahal, bisa ditambah telor asin,
sate lilit atau sate daging ayam, kacang goreng dan sayur tumis. Berapa pun
harganya, yang namanya nasi jinggo hanya ada di Bali dan kini beberapa daerah
lainnya juga ada seperti di Jakarta.
Post Comment
Post a Comment