Seruan Untuk Tidak Golput (kpu-sukabumikota.go.id |
Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 kini sudah berada di
ambang pintu. Di mana-mana banyak kita jumpai spanduk dan iklan kampanye dari
tiap-tiap partai politik (parpol). Semuanya sedang giat-giatnya berkompetisi,
memperkenalkan diri, menyapa masyarakat, dan mencoba merebut dukungan
masyarakat sembari menawarkan sejuta janji dan harapan.
Namun, sebagaimana terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya, pemilu kali ini masih dibayangi ancaman apatisme masyarakat.
Bayangan sinisme dan kecuekan
masyarakat terhadap proses demokrasi itu masih belum bisa dilepaskan, bahkan
berpeluang semakin membesar. Dikenal sebagai golongan putih atau golput,
kelompok ini enggan dan tidak antusias menggunakan hak pilihnya dalam pemilu.
Kini, semakin banyak dijumpai kelompok dan barisan
fundamentalisme agama yang bukan hanya tidak setuju dengan pemilu dan
demokrasi, melainkan sudah melangkah lebih jauh. Mereka berupaya mendegradasi,
merusak, dan merobohkan pilar-pilar kebangsaan dan NKRI. Tanpa mengurangi rasa
hormat terhadap pilihan orang lain untuk menjadi golput, abstain, dan memilih
tidak menggunakan hak pilihnya, itu suatu sikap yang mementingkan diri sendiri,
tidak peduli nasib bangsa yang lebih luas. Golput bukanlah pilihan bijak
seorang warga negara dan karenanya sangat disesalkan.
Mengingat pemilu adalah proses yang amat urgen dan
keniscayaan dalam sebuah negara demokratis. Bukan saja karena ia merupakan
salah satu ciri pelaksanaan kehidupan demokrasi di suatu negara, melainkan juga
lantaran mengingat dampaknya terhadap masa depan demokrasi. Demokrasi
meniscayakan partisipasi. Demokrasi kita tidak akan semakin solid, kuat, dan
pemerintah kekurangan legitimasi jika tak didukung dengan partisipasi aktif
dari segenap warga negara.
politik.kompasiana.com |
Dengan penuh kesadaran, kita sudah memilih dan
menetapkan demokrasi sebagai aturan main pengelolaan bangsa dan negara. Sejauh
ini, kita sudah melangkah di jalan yang benar dalam mengupayakan pemerintahan
yang lebih demokratis, melalui pemilu yang damai dan demokratis. Jadi, konflik
sosial politik jauh terjadi. Di samping itu, pemilu adalah salah satu instrumen
pengejewantahan hak-hak sipil dan politik warga negara. Pemilu adalah bukti dan
cermin kuat bahwa rakyat sungguh berdaulat atas negeri.
Jika masyarakat tidak puas dengan suatu pemerintahan
dan menilainya sebagai rezim yang gagal, pemilu merupakan mekanisme yang tepat
untuk bertindak, menghukum dengan cara tidak lagi memilihnya dan menjatuhkan
pilihan kepada calon lain yang dinilai jauh lebih prospektif dan memberikan
harapan baru. Dengan begitu, rakyat seyogyanya telah memberi pelajaran moral
kepada setiap pemimpin untuk belajar dari kegagalan maupun kesuksesan rezim
sebelumnya, mendorong mereka bekerja maksimal untuk rakyat, dan memastikan
demokrasi tidak cuma berjalan secara prosedural, tetapi juga substansial.
Terakhir, penting kiranya kita melibatkan peran
agamawan untuk turut menekan jumlah golput. Pemilu adalah suatu kewajiban
terhadap negara sekaligus agama. Itu karena pada dasarnya, kita adalah bagian
dari umat dan bangsa negara secara bersamaan. Kedua identitas itu tidak bisa
dipisahkan satu dengan lainnya.
Post Comment
Post a Comment